News
3 Kontroversi Paus Fransiskus, Dari Perang Kotor di Argentina hingga Kasus Pelecehan Seksual di Vatikan
Published
3 months agoon
By
N Diana SariMonitorday.com – Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia, telah datang ke Indonesia pada 3-6 September 2024.
Di balik kunjungan tersebut, ternyata ada beberapa kontroversi tentang sosok Paus Fransiskus yang dinilai menghadapi tuduhan serius yang mengancam posisinya sebagai Paus.
Berikut beberapa kontroversi Paus Fransiskus, dikutip dari kanal YouTube NowThis.
- 1. Perang di Argentina
Lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio di Buenos Aires, Argentina, pada tahun 1936, Paus Fransiskus adalah anak dari imigran Italia yang melarikan diri dari rezim fasis Benito Mussolini.
Bergoglio mengabdikan hidupnya untuk Gereja Katolik Roma pada tahun 1958 ketika ia bergabung dengan novisiat Serikat Yesus.
Ia ditahbiskan sebagai imam pada tahun 1969 dan akhirnya menjadi Pemimpin Jesuit di Argentina pada tahun 1973.
Namun, selama masa kepemimpinannya, ia terlibat dalam kontroversi besar yang terkait dengan perang di Argentina.
Perang Kotor, yang terjadi antara tahun 1976 hingga 1983, adalah masa ketika junta militer yang brutal menguasai Argentina.
Pemerintah diktator tersebut menindas para pembangkang yang dicurigai, termasuk tokoh oposisi dan warga sipil yang tidak bersalah.
Ribuan orang diculik, disiksa di penjara rahasia, dan banyak yang dibunuh.
Setidaknya 9.000 orang menjadi korban dalam kampanye ini.
Nama Paus Fransiskus terseret dalam kontroversi ini ketika dua imam Jesuit yang bekerja di kawasan kumuh Buenos Aires diculik oleh pemerintah militer.
Beberapa pihak menuduh Paus Fransiskus turut bertanggung jawab atas penargetan mereka karena tidak secara terbuka mendukung pekerjaan kedua imam tersebut.
Namun, Vatikan dan Paus Fransiskus sendiri dengan tegas membantah tuduhan tersebut.
Bertahun-tahun kemudian, Paus Fransiskus mengakui bahwa ia melakukan kesalahan selama masa kepemimpinannya di Argentina, dan menyebutkan bahwa hal itu terjadi karena ia ditempatkan dalam posisi tersebut terlalu dini.
Meskipun insiden ini mencoreng namanya, Paus Fransiskus tetap dihormati sebagai pemimpin spiritual yang dekat dengan rakyat.
Ia dikenal sebagai sosok yang sederhana, sering kali menggunakan transportasi umum dan memasak makanannya sendiri selama menjadi pemimpin.
Kesederhanaan ini, serta misinya untuk memfokuskan kembali gereja pada bantuan kepada orang miskin dan terpinggirkan, membuatnya menjadi sosok yang berbeda di kalangan pemimpin Gereja Katolik.
Pada 13 Maret 2013, Jorge Mario Bergoglio resmi menjadi Paus Fransiskus, pemimpin ke-266 Gereja Katolik Roma.
Kepemimpinannya membawa sejumlah perubahan besar di Vatikan.
Ia menjadi Paus pertama dari Amerika Latin, Paus Jesuit pertama, dan Paus non-Eropa pertama dalam lebih dari 1.000 tahun.
Paus Fransiskus berkomitmen untuk mengalihkan prioritas Gereja dalam membantu kaum miskin dan terpinggirkan.
- 2. LGBTQ dan Aborsi
Paus Fransiskus juga dikenal sebagai seorang reformis. Ia membuat pernyataan yang tentang komunitas LGBTQ pada tahun 2013.
“Jika seseorang adalah gay dan ia mencari Tuhan serta memiliki niat baik, siapa saya untuk menghakimi?” ujarnya.
Ia juga memperingatkan tentang bahaya perubahan iklim, menentang hukuman mati, dan memberikan wewenang kepada imam untuk “mengampuni aborsi,” yang sebelumnya dapat menyebabkan ekskomunikasi otomatis dari Gereja.
Namun, langkah-langkah perubahan ini tidak selalu diterima baik oleh kaum konservatif di dalam Gereja.
Salah satu tantangan terbesar terhadap otoritas dan reformasi Paus datang dari Duta Besar Vatikan untuk Amerika Serikat, Kardinal Carlo Maria Viganò.
Viganò, yang dikenal sebagai penentang keras hak-hak LGBTQ, mengatur pertemuan antara Kim Davis—seorang pejabat kontroversial dari Kentucky yang menolak menikahkan pasangan gay—dengan Paus, tanpa sepengetahuan Paus.
Beberapa bulan kemudian, Paus Fransiskus menerima pengunduran diri Viganò.
3. Kasus Pelecehan Seksual
- Paus Fransiskus juga sempt menghadapi tuduhan baru dari Viganò terkait dugaan pelecehan seksual oleh Kardinal AS Theodore McCarrick, yang mengundurkan diri di bawah tekanan.
Dalam surat sepanjang 11 halaman yang dirilis di media Katolik konservatif, Viganò mengklaim bahwa Paus Fransiskus mengetahui adanya pelecehan seksual di dalam Gereja tetapi tidak mengambil tindakan.
Viganò juga menuduh Paus membiarkan “jaringan homoseksual” berkembang di Vatikan, yang menurutnya menjadi penyebab masalah pelecehan di Gereja Katolik.
Namun, hingga kini Viganò belum memberikan bukti yang dapat mendukung klaim-klaimnya terhadap Paus Fransiskus.
Ketika diminta untuk menanggapi tuduhan tersebut, Paus memilih untuk tetap diam, yang oleh beberapa orang diartikan sebagai tindakan bijak, sementara yang lain melihatnya sebagai tanda kerentanan.