Ruang Sujud
Sebaik-baik Harta Adalah Di Tangan Orang Beriman
Published
12 months agoon
By
Robby KarmanHarta adalah sesuatu yang diinginkan oleh banyak orang. Kekayaan, harta benda, dan segala sesuatu yang berwujud material sering kali menjadi fokus utama dalam kehidupan manusia. Namun, dalam ajaran agama Islam, konsep kekayaan dan harta tidak hanya terbatas pada materi semata. Islam mengajarkan bahwa sebaik-baik harta sejati sebenarnya bukanlah harta benda, melainkan harta yang terdapat dalam hati orang yang beriman.
Al-Qur’an mengajarkan dalam Surah Al-Hadid [57:7]: “Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, dan nafkahkanlah sebagian dari harta yang telah Allah menjadikan kamu sebagai pemiliknya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (hartanya) mereka, mereka akan memperoleh ganjaran yang besar.”
Dari ayat ini, kita memahami bahwa sebaik-baik harta yang dimiliki oleh orang yang beriman adalah harta yang dikeluarkan untuk kebaikan, untuk menolong sesama, dan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Keimanan seseorang tercermin dari bagaimana ia memperlakukan harta dan kekayaannya.
Harta yang sejati adalah harta yang memberi manfaat kepada orang lain. Rasulullah SAW bersabda, “Harta yang paling dicintai oleh seorang hamba adalah harta yang pertamakali ia peroleh dari usaha yang halal. Dan harta yang paling baik adalah harta yang ia infakkan untuk keperluan keluarganya, dan harta yang ia infakkan untuk agamanya dan untuk keperluan tetangganya yang membutuhkan.” (HR. Ahmad)
Dalam Islam, harta bukanlah sesuatu yang dilarang atau dianggap buruk. Sebaliknya, cara kita memperoleh, menggunakan, dan mendistribusikan harta yang ditentukan dalam ajaran agama. Ketika harta digunakan secara bertanggung jawab, dimanfaatkan untuk kebaikan, dan disalurkan kepada yang membutuhkan, harta tersebut menjadi berkah bagi pemiliknya.
Seorang yang beriman mengetahui bahwa harta yang dimilikinya sebenarnya merupakan titipan dari Allah SWT. Ia adalah sekadar pengelola atas harta tersebut, bukan pemilik sejati. Oleh karena itu, tanggung jawabnya adalah untuk menggunakan harta tersebut sesuai dengan petunjuk Allah dan untuk kepentingan yang baik.
Zakat, infak, sedekah, dan bantuan kepada yang membutuhkan adalah bagian integral dari ajaran Islam tentang harta. Zakat, yang merupakan kewajiban bagi setiap Muslim yang mampu, adalah salah satu bentuk pengeluaran harta yang diatur secara jelas dalam agama Islam. Ini adalah cara untuk membersihkan harta dan memastikan distribusi yang adil di antara masyarakat.
Ketika seseorang menyadari bahwa harta yang dimilikinya sebenarnya milik Allah dan bahwa ia hanya menjadi pemegang amanah atasnya, sikapnya terhadap harta akan berubah. Ketamakan, keserakahan, dan cinta berlebihan terhadap materi dapat dikurangi. Sebaliknya, seseorang akan merasa lebih bersyukur, lebih dermawan, dan lebih peka terhadap kebutuhan sesama.
Berbagi dari harta yang dimiliki juga membuka pintu rejeki yang lebih besar. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, “Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya. Dan Dia-lah sebaik-baik Pemberi rezeki.” (QS. Saba’ [34]: 39)
Sebaik-baik harta sejati adalah harta yang dapat membawa keberkahan, kebahagiaan, dan kebermanfaatan bagi diri sendiri serta orang lain. Ketika seseorang menggunakan harta dengan penuh kesadaran akan tanggung jawabnya sebagai hamba Allah, harta tersebut bukan hanya menjadi sumber kekayaan, tetapi juga sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Dalam kesimpulan, sebaik-baik harta adalah di tangan orang beriman bukanlah harta materi semata, melainkan harta yang diinfakkan untuk kebaikan, bagi keluarga, komunitas, dan yang membutuhkan. Kekayaan sejati bukanlah yang terkumpul dalam bentuk harta benda, tetapi kekayaan yang ada dalam hati yang dermawan dan penuh kasih sayang. Dengan memperlakukan harta dengan baik, menginfakkan sebagian untuk kebaikan, dan selalu bersyukur atas karunia yang diberikan Allah, seseorang dapat mencapai keberkahan yang sejati dalam kepemilikan harta.