Hingga akhir 2023, realisasi bauran energi primer yang berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT) mencapai 13,1% atau 238,1 MBOE. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyatakan bahwa meskipun terdapat peningkatan, masih diperlukan upaya lebih kuat untuk mencapai target 23% pada 2025.
“Ada peningkatan dalam realisasi bauran energi primer dari EBT, tetapi belum signifikan. Sehingga diperlukan upaya keras untuk bisa mendekati target capaian pada 2025,” ujar Arifin Tasrif di kantor Kementerian ESDM.
Kementerian ESDM telah menyiapkan beberapa langkah strategis, termasuk pembangunan EBT sesuai dengan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL), konversi pembangkit diesel ke EBT sesuai dengan rencana RUPTL, dan pelaksanaan program Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap (PLTS Atap) dengan target 3,6 GW pada 2025.
Langkah-langkah lainnya mencakup program mandatori biodiesel B35, penyediaan akses energi modern melalui EBT di lokasi terpencil, program co-firing biomassa pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), eksplorasi panas bumi oleh pemerintah, dan pemanfaatan EBT off grid dan pemanfaatan langsung.
Arifin menekankan pentingnya intensifikasi program co-firing untuk mengurangi emisi, menyediakan akses energi melalui EBT di lokasi terpencil, melakukan eksplorasi panas bumi, dan memanfaatkan EBT off grid dengan mengidentifikasi potensinya.
Pada 2023, kapasitas terpasang pembangkit EBT mencapai 13.155 MW dengan penambahan kapasitas sebesar 539,52 MW. Kementerian ESDM menargetkan peningkatan kapasitas pembangkit EBT menjadi 13.886 MW pada 2024.