Keluarnya Maruarar Sirait dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menuai sejumlah pertanyaan publik. Pengamat politik Adi Prayitno dan Selamat Ginting dalam kesempatan yang berbeda memberi pernyataan di dua stasiun televisi berbeda yang diunggah pada (16/012023).
Adi Prayitno mengemukakan bahwa keluarnya politisi Maruarar Sirait dari PDIP menunjukkan adanya dinamika politik internal yang tidak selalu harmonis di dalam partai. Meskipun Adi Prayitno menilai kejadian ini sebagai sesuatu yang biasa dalam politik Indonesia, namun perlu dicermati bahwa keluarnya politisi yang memiliki sejarah dan ikatan dengan partai dapat memberikan dampak pada citra dan dinamika internal partai tersebut.
Keluarga besar Jokowi yang mengambil jarak dengani PDIP memberikan sinyal bahwa ada pergeseran atau perbedaan arah politik dalam lingkaran dekat Jokowi. Meskipun elektabilitas PDIP masih dianggap solid, kehilangan dukungan dari tokoh-tokoh penting seperti keluarga Jokowi bisa memberikan efek domino dan memicu perubahan dinamika politik di tingkat nasional.
Di sisi lain Adi Prayitno mencermati bahwa keluarnya politisi dari partai adalah hal yang biasa, namun pentingnya peran politisi tersebut dalam partai juga harus diakui. Maruarar Sirait, sebagai putra dari PDIP, meninggalkan partai dengan membawa pengaruh tersendiri, terutama karena keterkaitannya dengan Ganjar yang mungkin akan maju dalam Pilpres 2024.
Keputusan Maruarar Sirait untuk mencari peluang politik baru patut diapresiasi. Hal ini mencerminkan bahwa politisi muda seperti Maruarar Sirait mencari tantangan progresif dan ingin memberikan kontribusi yang lebih besar dalam panggung politik.
PDIP perlu waspada menjelang pemilu dan menekankan pentingnya membangun soliditas di dalam partai. Ini mengindikasikan bahwa PDIP perlu memperhatikan dinamika internalnya agar tidak kehilangan dukungan dari kader-kader dan elit politik yang memiliki potensi untuk berpengaruh.
Secara keseluruhan, pendapat Adi Prayitno memberikan gambaran tentang kompleksitas politik di Indonesia, di mana perpindahan politisi antarpartai, hubungan internal partai, dan peran tokoh-tokoh penting dapat memberikan dampak yang signifikan pada dinamika politik nasional.
Sementara itu pengamat Selamat Ginting menyebutkan bahwa dinamika politik ini mungkin sudah terjadi sejak pemilihan umum tahun 2014, ketika Jokowi tampil sebagai presiden dan ada dua faksi di dalam PDIP.
Selamat Ginting memberikan penjelasan lebih lanjut bahwa Maruarar Sirait mungkin dianggap melakukan loyalitas ganda karena Megawati tidak menyetujui dirinya sebagai menteri pada tahun 2014. Kemudian, pada tahun 2019, Maruarar Sirait dipindahkan ke dapil yang berbeda dan mengalami kekecewaan setelah kalah di sana. Ketidaksetujuan terhadap posisinya dalam partai dan pernyataannya mengikuti jejak Jokowi menjadi alasan utama keluarnya Maruarar Sirait dari PDIP.
Faksi tersebut sebagai puncak dari gunung es atau hanya permukaan dari dinamika yang telah lama terjadi antara Loyalis Jokowi dan PDIP. Wacana ini menyiratkan bahwa kemungkinan ada ketidaksetujuan atau dinamika internal yang lebih kompleks di dalam PDIP yang belum terungkap sepenuhnya.