Monitorday.com – Survei terbaru yang dilakukan oleh Economics & Political Insight (EPI) Center menunjukkan Gerindra memperoleh elektabilitas tertinggi di antara partai politik, dengan dukungan sebesar 18,9%. PDI Perjuangan (PDIP) menyusul dengan dukungan 16,4%.
EPI Center memprediksi adanya pergeseran dinamis dalam lanskap politik, dengan perkiraan kedatangan pesaing baru di Senayan, yaitu Partai Solidaritas Indonesia (PSI), yang mencapai elektabilitas 4,2%, melampaui ambang batas parlemen sebesar 4%.
“Gerindra diproyeksikan akan memenangkan Pemilu 2024, dengan potensi mengatasi dominasi PDIP, sementara PSI muncul di Senayan dengan elektabilitas 4,2%,” kata peneliti EPI Center, Mursalin, dikutip Minggu (21/1).
Kemenangan potensial Gerindra erat kaitannya dengan peta kontestasi Pilpres 2024. Mursalin menekankan dampak dukungan Presiden Jokowi terhadap Prabowo-Gibran dalam meningkatkan elektabilitas Gerindra.
Lebih lanjut, kepergian Maruarar Sirait, putra pendiri PDIP, memperkuat pergeseran preferensi pemilih.
Pengaruh Presiden Jokowi juga terlihat dalam lonjakan elektabilitas PSI, terutama setelah Kaesang Pangarep, putra Jokowi, menjadi ketua umum PSI. PSI mengidentifikasi diri sebagai pendukung kuat kepemimpinan Jokowi, bahkan mengembangkan ideologi “Jokowisme” sebagai kemajuan di bawah kepemimpinan Jokowi.
Sebaliknya, partai yang sudah mapan seperti PPP menghadapi tantangan, dengan hasil survei EPI Center menunjukkan elektabilitas hanya sebesar 2,7%.
Survei EPI Center dilaksanakan pada 9-15 Januari 2024, dengan wawancara tatap muka terhadap 1200 responden yang mewakili 38 provinsi. Metode survei menggunakan multistage random sampling, dengan margin of error sekitar 2,9% dan tingkat kepercayaan 95%.
Berikut hasil lengkap elektabilitas partai politik versi EPI Center: Gerindra 18,9%, PDIP 16,4%, Golkar 10,5%, PKB 7,3%, Demokrat 5,6%, PKS 5,2%, Nasdem 4,8%, PAN 4,6%, PSI 4,2%, PPP 2,7%, Perindo 1,5%, Hanura 0,6%, Gelora 0,4%, Ummat 0,3%, PBB 0,3%, Garuda 0,2%, PKN 0,1%, dan Buruh 0,0%. Sementara itu, responden yang menyatakan ‘Tidak tahu/tidak jawab’ sebesar 16,5%.