Mantan politikus PDIP, Maruarar Sirait, mengungkapkan alasan di balik keputusannya untuk keluar dari PDIP dan mendukung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 2, Prabowo-Gibran. Maruarar Sirait, yang akrab disapa Ara, menyampaikan bahwa setelah mengundurkan diri dari PDIP, tidak ada perintah resmi dari Presiden Jokowi Widodo untuk mendukung pasangan Prabowo-Gibran.
“Saya pamit dari PDIP, Senin minggu lalu, saya mau membangun koneksi, saya pamit baik-baik dan akan mengikuti politik yang dilakukan Pak Jokowi. Pak Jokowi tidak memberikan arahan kepada saya, kenapa saya tahu, saya bisa merasakan Pak Jokowi itu, menurut saya, mendukung Pak Prabowo dan Pak Gibran,” ungkap Ara.
Ara menambahkan bahwa keputusannya untuk mendukung Prabowo-Gibran didasarkan pada pengamatan terhadap jejak politik Jokowi, yang menurutnya, memberikan dukungan pada pasangan tersebut.
Ia mengenang momen saat Pilpres 2014, di mana Jokowi menyatakan niatnya untuk mengundang Prabowo setelah keputusan KPU dan MK selesai.
“Bersatunya Jokowi dengan Prabowo membuktikan bahwa Prabowo memiliki sikap dan sifat yang rukun, meski pernah menjadi saingan Jokowi pada pilpres sebelumnya,” tambahnya.
Ara juga menyoroti kerukunan dan persatuan yang diwujudkan oleh Prabowo, meskipun sebelumnya menjadi saingan di dua pemilihan presiden.
“Jangan ngomong kerukunan tetapi enggak ada buktinya, dua kali pilpres bersaing terus, tetapi Pak Prabowo mau bersatu membantu Pak Jolowi, padahal saya tahu persis, sebagian pendukung Pak Prabowo menganggap Pak Prabowo itu pengkhianat,” ucap Ara.
Dalam konteks kinerja Jokowi, Ara mengungkapkan bahwa menurut lembaga survei, 83 persen masyarakat Indonesia puas dengan kinerja Presiden Jokowi. Meski demikian, Ara menggarisbawahi bahwa mayoritas rakyat Indonesia juga setuju dengan langkah-langkah yang diambil oleh Prabowo untuk membawa kerukunan dan persatuan.
“Tetapi mayoritas rakyat Indonesia setuju dengan langkah Pak Prabowo, karena membawa kerukunan dan persatuan. Apalagi pada Sabtu kemarin Lembaga Survei Indonesia, kepercayaan publik terhadap Pak Jokowi itu 83 persen, itu paling tinggi di dunia, karena apa, kinerjanya, infrastruktur, karena kepribadiannya, karena mempersatukan, maka dari itu harus di teruskan,” tandasnya.