Monitorday.com – Pakar ekonomi dari Universitas Andalas di Sumatera Barat, Prof. Syafruddin Karimi, mengingatkan pemerintah tentang potensi inflasi yang signifikan sebagai dampak dari transisi ekonomi dan energi hijau. Prof. Karimi menekankan perlunya langkah-langkah antisipatif yang tepat.
“Transisi ekonomi dan energi hijau ini akan menyebabkan perubahan harga. Kalau harga makin tinggi maka otomatis inflasi akan meningkat atau istilahnya green inflation,” ujar Prof. Karimi di Padang, Senin (22/1).
Peringatan ini muncul sebagai tanggapan terhadap debat calon wakil presiden pada Minggu (21/1) yang membahas tema Pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, lingkungan hidup, energi, pangan, agraria, dan masyarakat adat.
Dalam debat cawapres kedua yang berlangsung di JCC, Jakarta itu cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka menanyakan soal Greerflation kepada cawapres nomor urut 3, Mahfud MD.
Prof. Karimi menjelaskan bahwa saat pemerintah memutuskan beralih ke konsep ekonomi hijau atau energi ramah lingkungan, biaya yang dikeluarkan akan meningkat signifikan, berdampak pada kenaikan harga barang-barang yang dibutuhkan.
“Harga-harga pasti akan meningkat dan ini bisa menyebabkan inflasi,” tambahnya.
Karimi juga mencatat bahwa transisi ke ekonomi hijau bisa menurunkan harga beberapa barang, mendorong masyarakat untuk beralih ke energi terbarukan seperti kendaraan listrik.
Meski demikian, implementasi ekonomi dan energi hijau di Indonesia masih belum merata. Prof. Karimi memberi contoh ketersediaan stasiun pengisian daya kendaraan listrik yang masih terpusat di kota-kota besar.
Oleh karena itu, alumnus Florida State University ini menegaskan pentingnya pemerintah tidak hanya memiliki dukungan finansial yang kuat tetapi juga harus memperhatikan pemerataan fasilitas terkait.
“Tidak bisa kita pungkiri ketersediaan fasilitas energi hijau itu belum merata. Contohnya saja stasiun pengisian daya kendaraan listrik,” tandasnya.