Review
Gibran, Naruto, dan Jembatan Antargenerasi
Published
10 months agoon
By
Muchlas RowiLUAR BIASA, itu kesan pertama yang patut kita sampaikan terhadap pelaksanaan debat keempat capres-cawapres di Pemilu 2024 tadi malam. Riuh dan ramai, baik perbincangan di warung kopi maupun di ruang-ruang digital.
Debat cawapres bisa dibilang lebih menyedot antusiasme publik. Lantaran lebih banyak kejutan yang ditampilkan dalam kesempatan tersebut. Dibangdingkan dengan depat capresnya.
Bila kita lihat trendnya di google, kata kunci masing-masing cawapres, terlihat sekira pukul 19:32 saat mereka memulai pemaparan dan tanya jawab, paslon nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka lebih leading dibanding paslon lainnya.
Anime dan Anak Muda
Jika kita telisik lebih dalam, terlihat bahwa pencarian tertinggi para netizen yang membuat Gibran leading adalah soal gimik yang digunakannya bertema anime. Berupa jaket naruto berwarna biru langit berlogo unik.
Logo itu terlihat berbentuk bulat, berwarna oranye dengan simbol pusaran. Simbol ini adalah salah satu yang paling ikonik dalam serial Naruto.
Sekretaris TKN Prabowo-Gibran Nusron Wahid bilang, makna di balik jaket logo Naruto yang dipakai Cawapres Gibran hingga jajaran timesnya karena TKN hendak mengaitkan para Presiden RI dengan Hokage dalam serial film Naruto.
“Berawal dari unggahan cocoklogi warganet yang sempat viral beberapa waktu lalu, yang membandingkan para presiden Ri dengan hokage alias pemimpin Desa Konoha di jagat Naruto,” ujar Nusron, Minggu [21/1/2024].
Kita ketahui, dalam Anime Naruto Hokage pertama di Desa Konoha bernama Hashirama Senju. Menurut Nusron, ini dikaitkan dengan sosok presiden pertama Indonesia, Sukarno. Sementara, hokage ketujuh dari Konoha adalah Naruto. Kata Nusron, Naruto kerap disamakan dengan Presiden Jokowi.
Di titik inilah persamaan cerita anime dengan pertarungan Pilpres 2024 memiliki keterkaitan. Karena sosok Sasuke dan dipersonifikasikan dengan Prabowo awalnya diceritakan merupakan rival dari Naruto. Namun karena satu dan lain hal, Sasuke menjalin ikatan dengan Boruto, yang disamakan dengan sosok Gibran Rakabuming Raka.
Di jagat Naruto, para ninja termasuk Boruto berjuang menempa diri agar bisa menjadi seorang hokage, atau pemimpin desa konoha. Tujuannya, untuk melindungi desa yang terletak di sebalik gunung nan indah dan dihuni banyak klan ninja ini.
Konoha disebut mirip Indonesia, karena letak, karakter dan orang-orang di dalamnya yang beragam. Yang meski berbeda-beda, mereka memiliki satu tujuan untuk memakmurkan dan melindungi negerinya dari serangan pihak luar.
Kembali ke debat cawapres, dari sekian aktivitas di mesin pencarian dan media sosial, terlihat Gibran berhasil menyasar atau menyita perhatian Gen-Z yang di Pilpres 2024 ini jumlahnya mencapai 60 juta orang.
Dari sisi reach, mention, dan engagement, penampilan Gibran Rakabuming Raka yang banyak melontarkan istilah dan gimik berbau anak muda dan Gen-Z membuatnya menjadi Top Trending. Itulah mengapa, di bagian akhir debat Gibran yang merasa sudah berhasil menyita perhatian merasa perlu untuk melakukan call to action dengan mengajak memilih paslon nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Gap Generation
Dari kemampuan Gibran Rakabuming Raka mengeksplore tema-tema anak milenial, soal baterai mobil tesla, combi harvester, drone, rompi kuning, hingga dunia anime, nampak betul memang ada gap generation dalam masyarakat kita.
Kehadiran generasi baru tentu bukanlah hal yang bisa dihindari. Generasi baru adalah gambaran masa depan. Dalam hidup sehari-hari kita sering menemukan masalah komunikasi dan kepercayaan antargenerasi. Masalah tersebut menimbulkan kesenjangan [gap] sehinga gesekan dan konflik antargenerasi rentan timbul.
Dimana ada sekelompok orang yang mencoba memahami suara pemilih yang notabene berasal dari kalangan milenial dan Gen-Z namun dengan cara-cara yang kolonial dan uzur. Ini nampak dari cara berpakaian dan penggunaan istilah dari paslon nomor urut 01 dan 03 yang oldies.
Untuk menarik perhatian milenial dan gen-z, hari ini kita memang tidak bisa memaksakan generasi baby boomer atau generasi tua untuk masuk dalam dunia para milenial dan Gen-Z. Mereka dipastikan pusing sendiri, alias gak nyambung.
Tapi kita perlu berbagi pengetahuan dan kolaborasi, atau knowledge manajemen. Sebuah rangkaian alat, strategi, dan metode untuk bertahan, menganalisa, membagi dan meningakatkan informasi dalam sebuah institusi.
Pengetahuan dan pengalaman memang lebih dimiliki generasi kolonial, namun pengetahuan dan kemampuan teknologi menjadi kemampuan anak muda. Keduanya harus dikolaborasikan.
Tidak ada alasan bagi baby boomer untuk tidak menyesuaikan diri, kecuali legowo ditinggalkan. Seperti dalam kisah anime di negeri Konoha, dimana Sasuke pada akhirnya mengajarkan banyak keahlian kepada Boruto. Agar ke depan, Boruto bisa melindungi Konoha dan menjadi Hukage.
Dalam penampilan keduanya di panggung debat, Gibran Rakabuming Raka terlihat lebih siap dan meguasai tema yang diberikan panitia. Soal pembangunan berkelanjutan, energi terbarukan, lingkungan, pangan, desa, dan masyarakat adat ia masak dengan cara-cara yang lebih kekinian.
Tak dapat disanggah, Prabowo-Gibran adalah sebuah kolaborasi sempurna agar para milenial dan gen-z dapat melanjutkan pembangunan di negara yang diwariskan leluhurnya, tanpa melupakan sejarah masa lalunya.
Terakhir, kemunculan Gibran Rakabuming Raka dalam pentas Pilpres 2024 adalah simbol atau jembatan komunikasi antargenerasi. Agar tidak ada gap generasi. Supaya anak muda bisa menjalankan masa depan sesuai dengan bahasa dan dunianya.