Kerajinan dompet tenun khas Badui di Kabupaten Lebak, Banten, telah mencuri perhatian konsumen hingga merambah ke Provinsi Bali. Keunikan dalam warna dan motif adat setempat menjadi daya tarik utama.
Yahya (55), seorang pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kampung Bangkalok, Kabupaten Lebak, mengungkapkan bahwa pemasaran melalui media sosial telah membantu mempopulerkan produk dompet tenun Badui.
Bahan baku untuk produksi dompet tenun ini diambil dari tenunan khas masyarakat adat setempat, memberikan daya tarik tersendiri bagi konsumen. Permintaan tidak hanya berasal dari Jakarta dan daerah lain di Jawa Barat, tetapi juga mencapai Provinsi Bali.
Proses pemasaran melalui media sosial memberikan kontribusi positif terhadap omzet pendapatan dan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat. Produk ini juga dipasarkan di kawasan wisatawan seba budaya Badui.
Harga jual dompet tenun Badui berkisar Rp480 ribu per lusin atau 12 unit dompet. Yahya mengungkapkan bahwa mereka mampu menjual 50 lusin per pekan dengan pendapatan mencapai Rp24 juta.
Jali (60), seorang pedagang dompet tenun Badui, menjelaskan bahwa banyak konsumen membeli produk ini dari wisatawan seba budaya Badui di kawasan pemukiman tanah hak Ulayat Adat. Keunggulan produk ini tidak hanya pada motif warnanya yang indah, tetapi juga pada kelembutan dan ketidakkasarannya.
Imam Suangsa, Sekretaris Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Kabupaten Lebak, menegaskan bahwa pemerintah daerah terus memberikan fasilitasi untuk mempromosikan perajin dompet tenun Badui guna meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat. Pihaknya juga mengajak semua pelaku UMKM untuk masuk ke dalam ekosistem digital, memanfaatkan kelebihannya dalam menembus pasar domestik maupun mancanegara.