Monitorday.com – Sebuah konvoi yang diikuti sedikitnya 1.000 relawan pendukung Palestina dari negara-negara Afrika Utara telah berangkat dari Tunisia menuju Gaza untuk mendobrak blokade dan menunjukkan solidaritas dengan rakyat Palestina.
Konvoi ini diselenggarakan oleh Koordinasi Aksi Bersama untuk Palestina, dengan nama “Maghreb Resilience Convoy”, yang berangkat pada Senin dari Tunis setelah peserta dari Tunisia, Mauritania, Maroko, dan Aljazair menyelesaikan pendaftaran.
Puluhan warga melepas keberangkatan mereka sambil mengibarkan bendera Palestina dan Tunisia.
“Konvoi ini merupakan inisiatif global yang melibatkan lebih dari 30 negara dari Eropa, Amerika Selatan, dan Asia Tenggara,” kata Mohamed Amine Bennour, koordinator medis konvoi kepada Anadolu pada Senin (09/06/2025).
“Kami bergerak dalam koordinasi dengan berbagai organisasi yang bertujuan untuk mencapai Gaza melalui darat, laut, dan udara,” imbuh Bennour.
Tujuan konvoi tersebut adalah untuk mencapai Gaza melalui darat dan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat global tentang apa yang terjadi di sana melalui kegiatan yang mereka adakan di sepanjang perjalanan.
Bennour mengatakan kelompok tambahan dari kota Sousse, Sfax, dan Gabes akan bergabung dengan konvoi saat melakukan perjalanan melintasi Tunisia, sebelum melanjutkan perjalanan melalui Libya dan Mesir.
“Setelah melewati Tunisia, kami berencana untuk mencapai Gaza melalui Libya dan Mesir. Kami berkoordinasi dengan berbagai inisiatif seperti March on Gaza, Global March on Gaza, dan Freedom Flotilla, yang terdiri dari banyak kapal,” ujar Bennour.
Persiapan konvoi sudah selesai, dengan 12 bus dan 100 kendaraan yang membawa lebih dari 1.000 peserta, menurut panitia penyelenggara Jawaher Channa.
Lebih banyak relawan diperkirakan akan bergabung sepanjang jalan sebelum konvoi mencapai Gaza.
Aksi serupa juga akan digelar di Mesir, dengan ribuan aktivis dari 32 negara berencana melakukan demonstrasi di perbatasan Rafah pada tanggal 15 Juni.
Para aktivis akan berkumpul di Kairo, Mesir pada tanggal 12 Juni, lalu melakukan perjalanan ke kota perbatasan Arish keesokan harinya, dan berkonvoi sejauh 50 kilometer (31 mil) selama tiga hari untuk mencapai Rafah, Gaza paling selatan.
Sejak awal Maret, penjajah ‘Israel’ terus menutup perbatasan Gaza untuk bantuan kemanusiaan, yang memicu peringatan tentang risiko kelaparan di antara 2,4 juta penduduk Gaza.
November lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Entitas zionis ‘Israel’ juga menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional atas kejahatan perangnya terhadap warga sipil di Gaza.