Sayyidah Aminah telah mengajarkan putranya, Muhammad ﷺ, berbagai keterampilan sejak usia dini. Muhammad ﷺ dibesarkan oleh seorang wanita dari suku Bani Saad yang bernama Halimah. Salah satu keterampilan yang diajarkan adalah bahasa Arab murni, bahasa yang telah dikembangkan oleh nenek moyangnya, Nabi Ismail, di kota Mekah.
Kemampuan berbahasa di kalangan bangsa Arab pada masa itu dianggap sangat istimewa. Ini merupakan sumber kebanggaan dan kehormatan bagi komunitas mereka. Pusat keramaian dan pasar adalah tempat di mana para penyair dan orator dapat menunjukkan keunggulan suku mereka atas suku-suku lainnya. Mereka memiliki kekuatan untuk membangkitkan semangat dan cinta buta terhadap suku mereka sendiri dengan kata-kata mereka yang penuh dengan keindahan.
Kemampuan berbahasa juga sangat penting dalam sejarah, seperti yang terlihat saat Nabi Musa merekomendasikan kepada Allah agar saudaranya, Harun, diangkat sebagai seorang Nabi. Bahasa adalah seni yang dapat merasuki, menggugah, menyadarkan, dan membuka hati, pikiran, dan jiwa manusia. Bahasa juga mencerminkan tingkat kecerdasan, pengetahuan, dan kedalaman seseorang.
Kemampuan berbahasa Rasulullah ﷺ adalah bagian dari keajaibannya. Allah memberinya petunjuk melalui wahyu, sehingga kata-kata yang dia sampaikan tidak memiliki tandingan dalam keindahan, kedalaman, dan makna yang terkandung dalam ungkapan yang sederhana. Para pemimpin Quraisy bingung, mereka tidak tahu harus menuduh Rasulullah ﷺ dengan apa? Mereka bahkan harus mengadakan rapat besar-besaran untuk mencoba membuat tuduhan mereka terdengar logis dan ilmiah.
Tidak hanya itu, Allah memberikan Rasulullah ﷺ otoritas untuk menyampaikan wahyu-Nya dengan kata-kata dan bahasa sendiri untuk menjelaskan makna Al-Quran. Otoritas ini disebut hadis, dan derajatnya hanya satu tingkat di bawah Al-Quran. Tidak ada selain Rasulullah ﷺ yang diberi otoritas sejauh ini, bahkan Malaikat Jibril pun tidak memiliki kewenangan seperti itu. Jibril harus menyampaikan wahyu sesuai dengan kata-kata yang diberikan oleh Allah.
Para pemimpin Quraisy harus selalu mengikuti Rasulullah ﷺ ke mana pun dia pergi untuk mencoba memutarbalikkan apa yang telah dia sampaikan. Mereka membuat pengumuman agar orang-orang menjauhinya, mencoba mengalihkan perhatian, bahkan menutup telinga ketika Rasulullah ﷺ berbicara.
Ketika Rasulullah ﷺ berbicara, semua orang terdiam. Tidak ada yang berani bersuara lebih keras daripada beliau. Salah satu sifat Rasulullah ﷺ adalah kecakapannya dalam berbicara, seni berbahasa yang dapat mengubah hati, jiwa, pikiran, dan pandangan hidup hanya dengan kata-kata yang sederhana. Semua ini adalah warisan yang telah disiapkan oleh ibunya, Aminah, untuk putranya yang dicintai, Muhammad ﷺ.