Ketika Nabi Nuh dan Nabi Hud berhadapan dengan kaumnya yang merencanakan kejahatan, keduanya dengan tegas menghadapinya. Mereka memberi izin kepada kaum mereka untuk merencanakan segala macam kejahatan dengan sumber daya yang mereka miliki. Tidak ada penundaan yang diperlukan, tidak ada alasan untuk menyembunyikannya. Namun, apa yang dilakukan oleh kedua Nabi ini di tengah ancaman yang begitu besar?
Saat para pemimpin kaum menolak dakwah mereka dan bahkan berusaha untuk menghancurkan dakwah para Nabi dan Rasul, bagaimana para Nabi dan Rasul menghadapinya? Apa kekuatan yang mereka miliki, dan bagaimana cara mereka mengatasi tantangan ini? Apa strategi dan usaha yang mereka lakukan?
Kekuatan para Nabi dan Rasul terletak pada tawakal mereka kepada Allah. Mereka memohon pertolongan dan perlindungan dari Allah, Sang Pencipta bumi, langit, dan Arsy yang memiliki kekuatan besar. Apa yang terjadi kemudian adalah suatu keajaiban. Tawakal mereka melemahkan segala upaya penghancuran yang telah direncanakan. Rencana jahat tersebut menjadi lemah dan hancur di hadapan tawakal mereka yang kuat.
Dalam tawakal, terdapat energi keyakinan terhadap kebaikan di masa depan, meskipun saat ini mereka mungkin buta tentang apa yang akan terjadi. Bukankah masa depan dimulai dari niat dan prasangka yang baik? Bukankah menciptakan masa depan dimulai dari doa, keyakinan, dan harapan?
Keyakinan adalah realitas masa depan yang ditarik ke dalam kenyataan saat ini. Keyakinan adalah cara untuk membawa hal-hal yang gaib ke dalam kenyataan saat ini. Tawakal bukan hanya karakteristik awal kepemimpinan, tetapi juga perpaduan antara keyakinan dengan strategi, perencanaan, dan tindakan nyata.
Kita dapat memahami bahwa kekuatan tawakal bukan hanya sebuah konsep spiritual, tetapi juga memiliki implikasi dalam kehidupan sehari-hari. Seperti burung yang keluar dari sarangnya karena tawakal yang kuat, kita juga dapat mencapai hasil yang positif meskipun tidak tahu dari mana sumbernya. Seorang mukmin yang berangkat dari rumah dengan doa tawakal dan penyerahan diri kepada Allah akan menemukan bahwa Allah adalah tempat bergantungnya.
Para Nabi dan Rasul adalah teladan yang mengikuti wahyu Allah dan kemudian bertawakal sepenuhnya kepada-Nya. Dari tawakal tersebut, Allah memimpin mereka, memberikan bimbingan, menolong, dan memudahkan segala urusan mereka. Awal langkah tawakal bukanlah mengikuti kehendak pribadi, melainkan mengikuti perintah Allah, dan itulah yang membawa mereka menuju kesuksesan.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita juga dapat mengambil pelajaran dari kekuatan tawakal. Dengan memahami bahwa tawakal bukanlah tindakan pasif, tetapi sebuah usaha yang aktif untuk mengikuti perintah Allah dan meletakkan keyakinan pada-Nya, kita dapat menghadapi cobaan dan tantangan dengan lebih kuat. Seperti para Nabi dan Rasul, tawakal akan menjadi alat yang membantu kita mencapai tujuan kita.