MONITORDAY.COM – “Sebelum saya meninggal, Saya ingin menjadikan Indonesia menjadi negara bermartabat, terhormat. Saya ingin lihat tidak ada kemiskinan di Republik Indonesia. Anak-anak Indonesia kuat gembira, orang tuanya gembira. Saya ingin bangsa saya terhormat berdiri di atas kaki sendiri” begitulah petikan pernyataan prabowo subianto, capres 2024 dari partai gerindra yang begitu terkesan.
Bakal calon presiden (bacapres) yang diusung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM), Prabowo mengungkap refleksi hidupnya yang menginginkan Indonesia tumbuh menjadi negara yang bermartabat dan rakyat tidak lagi hidup dalam kemiskinan.
Hal tersebut dijelaskan oleh Prabowo saat menghadiri acara ‘Mata Najwa on Stage: 3 Bacapres Bicara Gagasan’ yang digelar di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Selasa (19/9/2023).
Prabowo kemudian berkisah bagaimana refleksi tersebut ia dapatkan dari sejumlah pengalaman hidupnya.
Kisah yang pertama Prabowo ungkap saat ia masih berusia 20 tahun dan telah menjadi seorang perwira TNI.
Saat itu, Prabowo beserta sejumlah anak buahnya tengah berenang di kolam renang yang berlokasi di Manggarai dan dirinya melihat dinding marmer dalam bahasa Belanda yang artinya “Anjing dan Pribumi Dilarang Masuk”.
Kisah lainnya diungkap saat Prabowo menempuh pendidikan di sejumlah sekolah di Eropa. Ia mengalami sendiri bagaimana saat itu bangsa Indonesia dianggap remeh oleh bangsa lain.
“Saya pernah hidup di tengah orang Eropa. Saya ingat, waktu itu, saya satu-satunya murid yang bukan kulit putih. Tiap hari, saya diejek oleh guru saya. Tiap hari dibilang bangsa monyet,” kata Prabowo.
“Prabowo, your people live on trees,” ujar Prabowo menirukan bagaimana ejekan tersebut dilontarkan kepadanya.
“Saya alami, saya sekolah di beberapa negara, selalu bilang begitu. ‘Rakyatmu tinggal di pohon’. Saya mengalami,” ungkapnya.