Monitorday.com – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan sejumlah tantangan dalam mengembangkan industri bioenergi di Indonesia, melibatkan aspek kebijakan, teknologi, ekonomi, infrastruktur, dan keberlanjutan suplai. Pada seminar “Tantangan Industri Bioenergi” di Jakarta, Selasa, (27/2), Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Jisman P. Hutajulu, menekankan pentingnya pendekatan terpadu dan solusi inovatif untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
Jisman menyebut beberapa tantangan, termasuk keberlanjutan feedstock, keterbatasan lahan untuk tanaman energi, biaya produksi yang lebih tinggi, keterbatasan insentif pemerintah, infrastruktur, dan penerimaan masyarakat terhadap bioenergi. Dia menyoroti pentingnya pendekatan yang melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, industri, akademisi, dan NGO.
Tantangan terkait isu global seperti diskriminasi produk biofuels Indonesia dan tuduhan anti-dumping juga disampaikan. Jisman menekankan perlunya eksplorasi peluang dalam industri biodiesel Indonesia dengan teknologi, inovasi, dan investasi strategis. Dia juga menyoroti pentingnya pengembangan sumber bioenergi alternatif yang berkelanjutan, seperti limbah pertanian, sampah kota, dan tanaman khusus energi.
Dalam konteks kontribusi bioenergi terhadap bauran energi nasional, Jisman menyebut bahwa pada 2023, bioenergi menyumbang sekitar 7,7 persen atau sekitar 60 persen dari total bauran energi. Salah satu peran utama bioenergi adalah dalam penyediaan biodiesel, yang pada 2023 menghemat devisa negara sekitar lebih dari Rp122 triliun dan menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 132 juta ton CO2 equivalent.