Manufaktur
PTBA Bermanuver Atasi Kesenjangan Harga Batu Bara di RI
Published
6 months agoon
By
Zee HanifaMonitorday.com – PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengumumkan serangkaian strategi untuk mengatasi perbedaan harga antara Harga Batu Bara Acuan (HBA) yang ditetapkan pemerintah dan harga riil pasar yang direpresentasikan oleh Indeks Harga Batu Bara Indonesia (ICI).
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah merevisi formula perhitungan HBA untuk lebih mendekati harga sesungguhnya di lapangan.
Harga saat ini untuk ICI 3 adalah US$72,12/ton, dihitung untuk batu bara dengan nilai kalor 5.000 kcal/kg GAR, kadar air total hingga 30%, belerang total 0,6%, dan abu 8%. Namun, HBA yang setara dengan ICI 3, dengan nilai kalor 6.322 kcal/kg GAR, kadar air total 12,26%, belerang total 0,66%, dan abu 7,94%, atau batu bara kokas, ditetapkan pada US$121,13/ton pada April 2024, jauh lebih tinggi dari harga ICI.
“Mitigasi harga acuan, sekarang sudah naik ya kalau tidak salah ICI-3 ada di US$80an something ya, ada selisih [dengan HBA]. Memang antara kami menjual dengan HBA yang diterbitkan pemerintah masih ada selisih,” ujar Direktur Utama PTBA Arsal Ismail saat ditemui medio pekan lalu.
Selain itu, penetapan royalti didasarkan pada HBA yang ditetapkan pemerintah. Jika HBA melebihi ICI, beban perusahaan untuk membayar royalti meningkat. Oleh karena itu, PTBA telah menerapkan beberapa langkah untuk mengatasi perbedaan harga ini.
Pertama, Arsal menyebutkan bahwa PTBA berkomunikasi dengan Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) untuk meminimalkan kesenjangan harga.
Kedua, perusahaan telah menetapkan rencana kerja dan anggaran (RKAP) 2024 dengan target produksi sekitar 41 juta ton dan penjualan sebesar 43 juta ton.
Ketiga, perusahaan memperluas basis pengguna akhir sebagai bagian dari strategi mitigasinya.
“PTBA juga sudah masuk ke pasar seperti Vietnam, Kamboja, China, India, dan Jepang, sebagai strategi untuk perluas pasar ekspor,” tutur Arsal.
Perlu dicatat bahwa PTBA mencatat ekspor batu bara sebanyak 3,8 juta ton pada kuartal pertama 2024, meningkat 4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu 3,6 juta ton.
“Kalau dikaitkan dengan mitigasi HBA, insyallah kami akan tetap terus mengikuti bahkan kami lakukan stress test terhadap kondisi perusahaan apabila nanti harganya turun, sejauh berapa, dan apa yang harus kami lakukan kami sudah antisipasi,” ujar Arsal.
“Harga ini kalau dibandingkan dengan tahun lalu kan sudah turun, kalau dibandingkan dengan awal tahun [2024] dengan sekarang kita kuartal II itu pun turun. Kami melakukan mitigasi, efisiensi bagaimana supaya perusahaan memberi kontribusi positif. Kami berharap pada 2024 ini kinerja positif akan terus terjaga.”
Kinerja keuangan PTBA mengalami penurunan pada kuartal pertama tahun ini. Laba bersih dan pendapatan perusahaan ini turun.
Menurut laporan keuangan perusahaan, pendapatan konsolidasi sepanjang 2023 mencapai Rp34,48 triliun. Angka ini turun 9,75% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, Rp42,64 triliun.
Penurunan ini disebabkan oleh segmen penjualan batu bara yang juga mengalami penurunan menjadi Rp37,97 triliun dari sebelumnya Rp42,09 triliun.
PTBA sendiri mencatat peningkatan volume penjualan domestik sebesar 12% secara tahunan menjadi 21,4 juta ton pada 2023. Sementara itu, penjualan ekspor naik 25% secara tahunan menjadi 15,6 juta ton. Produksi batu bara PTBA pada 2023 juga mengalami peningkatan sebesar 13% secara tahunan menjadi 41,9 juta ton.