Monitorday.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan bukti nyata bahwa Badan Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) di bawah Kementerian Keuangan mampu mengelola dana lingkungan dari luar negeri secara efisien, akuntabel, dan transparan. Hal ini tercermin dari kinerja Indonesia dalam menurunkan deforestasi.
Sri Mulyani menyatakan bahwa Norwegia adalah salah satu negara yang memberikan perhatian khusus terhadap komitmen Indonesia dalam penurunan deforestasi. Indonesia dan Norwegia telah bekerja sama melalui pendanaan berbasis kontribusi (result-based contribution) untuk pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD+).
“BPDLH yang berada di bawah Kementerian Keuangan, tetapi pengarahnya ada Bu Siti (Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya) dan berbagai menteri lainnya, telah dipercaya oleh internasional sebagai institusi yang mampu mengelola dana secara efisien, akuntabel, dan transparan,” ujar Sri Mulyani saat memberikan keterangan pers di Istana Kepresidenan Jakarta, Minggu (2/6).
Pada kesempatan tersebut, Sri Mulyani mendampingi Presiden Joko Widodo dalam menerima Menteri Iklim dan Lingkungan Hidup Norwegia Andreas Bjelland Eriksen di Istana Merdeka, Jakarta.
Sri Mulyani mencatat adanya penurunan sebanyak 20 juta ton emisi karbon pada periode 2014-2016, yang kemudian dikompensasi dengan pendanaan oleh REDD+ melalui BPDLH.
Pendanaan ini hanya bisa dicairkan jika ada kinerja atau prestasi nyata Indonesia dalam menurunkan deforestasi.
Selain dana hibah dari Pemerintah Norwegia, BPDLH juga menerima dana dari Bank Dunia dan filantropis lainnya di luar pengelolaan dana APBN.
“Ini bukan karena kita meminta dari luar APBN, negara tetap hadir. Ada dana dalam hal ini untuk pencegahan bencana sebesar Rp7,5 triliun, yang sudah dimasukkan di dalam BPDLH dan juga mereka mengelola dana reboisasi,” kata Sri Mulyani.
Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya, bersama Sri Mulyani dan Menteri Iklim dan Lingkungan Norwegia Andreas Bjelland Eriksen, melakukan kunjungan ke Taman Nasional Gunung Leuser.
Kunjungan ini bertujuan untuk memperlihatkan kinerja Indonesia dalam penurunan deforestasi guna mendukung pencapaian Indonesia’s FOLU Net Sink 2030, yang mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca di sektor kehutanan.
Sri Mulyani menilai pentingnya persepsi Eriksen tentang kepemimpinan Indonesia serta pengelolaan dana lingkungan hidup.
Hal ini terbukti dari aktivitas ekonomi dan sosial di Taman Nasional Gunung Leuser Bukit Lawang yang sudah membaik, namun tetap menjaga kelestarian lingkungan.
“Yang paling penting adalah reputasi Indonesia untuk menjaga lingkungan hidup kita sendiri, karena itu penting untuk rakyat kita, serta penggunaan dana yang tepat, termasuk untuk masyarakat sekitarnya,” kata Sri Mulyani.