Monitorday.com – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perindustrian mengadakan pembahasan kerja sama pengembangan industri manufaktur dengan Turki, mengingat potensi pasar dan nilai tambah sektor pengolahan di kedua negara yang cukup besar.
“Indonesia dan Turki memiliki sektor industri manufaktur yang berkembang pesat dan menawarkan banyak potensi untuk kerja sama,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Jumat (7/6).
Pembahasan ini dilakukan saat Agus bertemu dengan beberapa pengusaha serta Menteri Perindustrian dan Teknologi Turki Mehmet Fatih Kacir dalam kunjungan kerjanya ke Istanbul dan Ankara pada 4-5 Juni lalu.
Agus menjelaskan bahwa kedua negara memiliki pandangan yang sama tentang potensi kerja sama, khususnya di subsektor baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV), produk halal, dan industri pertahanan.
Dalam hal peningkatan kerja sama industri baterai berbahan baku nikel untuk kendaraan listrik, Agus mengundang produsen EV Turki untuk bermitra dan berinvestasi di Indonesia dengan menawarkan berbagai insentif, seperti pembebasan tarif Bea Masuk dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk impor mobil listrik dalam jumlah tertentu.
Untuk sektor produk halal, kerja sama dilakukan melalui dukungan bagi Turki agar dapat menjadi hub produksi (production hub) untuk seluruh dunia. “Turki memiliki kapabilitas industri makanan dan minuman yang cukup baik, dan dapat menjadi production hub bagi produk-produk halal ke seluruh dunia. Indonesia akan mendukung Turki untuk meningkatkan investasi di bidang industri halal,” kata Agus.
Selain itu, Agus juga meminta dukungan dari Turki untuk proses masuk Indonesia ke Organization for Economic Co-operation and Development (OECD). Mengingat pengaruh besar Turki dalam organisasi tersebut, diharapkan Indonesia bisa masuk dalam OECD dalam waktu tiga tahun.