Monitorday.com – Meskipun lempar jumrah adalah bagian penting dari ibadah haji, banyak jemaah yang tanpa sadar melakukan kesalahan dalam pelaksanaannya. Kesalahan-kesalahan ini bisa berdampak pada keabsahan ibadah atau bahkan membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Salah satu kesalahan paling umum adalah melempar batu secara bersamaan, bukan satu per satu. Padahal syariat mengatur agar jemaah melempar tujuh batu kecil secara terpisah, dengan membaca takbir di setiap lemparan. Melempar beberapa batu sekaligus hanya dihitung satu lemparan saja, dan bisa menyebabkan kurang dari tujuh lemparan sah.
Kesalahan berikutnya adalah menggunakan batu yang terlalu besar atau benda sembarangan seperti sandal atau botol. Nabi Muhammad ﷺ mencontohkan batu yang digunakan seukuran ujung jari atau biji kacang. Melempar benda besar bukan hanya tidak sah, tapi juga membahayakan keselamatan jemaah lain.
Banyak jemaah juga salah arah, yaitu tidak mengarah ke pilar jumrah dengan tepat. Beberapa hanya melempar asal, tanpa memastikan batu masuk ke kolam tempat pilar berada. Padahal, lemparan yang tidak masuk ke area yang ditentukan tidak dihitung sah.
Selain itu, ada pula yang tidak menjaga urutan lemparan saat hari tasyrik (11–13 Dzulhijjah). Lemparan harus dimulai dari Jumrah Ula, lalu Wustha, dan terakhir Aqabah. Melanggar urutan ini bisa mengacaukan pelaksanaan ibadah karena tiap hari memiliki struktur yang teratur.
Menyerobot atau mendesak jemaah lain saat melempar juga termasuk kesalahan yang merusak adab dan bisa menimbulkan bahaya. Beberapa jemaah memaksakan diri ingin berada di posisi paling depan agar lemparannya “lebih afdol”, padahal pelemparan dari jarak jauh tetap sah asal masuk area.
Untuk menghindari kesalahan-kesalahan tersebut, jemaah disarankan untuk:
Mengikuti bimbingan dari pembimbing ibadah haji secara cermat.
Mempersiapkan batu yang sesuai ukuran sejak di Muzdalifah atau Mina.
Mengikuti jadwal lempar jumrah yang telah ditentukan petugas haji demi menghindari kerumunan.
Memastikan jumlah lemparan dengan menghitung setiap kali melempar sambil membaca “Allahu Akbar”.
Menjaga niat dan kesabaran, tidak terburu-buru, dan menghindari emosi saat berada di lokasi yang padat.
Bagi jemaah yang lanjut usia, sakit, atau perempuan yang rentan terdorong dalam kerumunan, sebaiknya meminta bantuan atau melakukan badal jumrah (diwakilkan oleh orang lain yang mampu).
Dengan memahami kesalahan umum ini dan menghindarinya, jemaah dapat melaksanakan lempar jumrah dengan lebih tenang, khusyuk, dan sah secara syariat. Ibadah haji bukan hanya soal menyelesaikan rangkaian ritual, tetapi tentang menjaga niat, disiplin, dan keselamatan dalam setiap amal.