Infografis
Ini Reaksi Israel-AS Respon Gugurnya Pejuang Palestina Ismael Haniyeh
Published
4 months agoon
By
N Ayu AshariMonitorday.com – Pemimpin Hamas, Kepala Biro Politik Ismail Haniyeh, tewas di kediamannya di Teheran, Iran, Rabu (31/7/2024). Hal ini terjadi saat kelompok bersenjata itu masih sedang dalam situasi perang dengan Israel.
Ia dilaporkan tewas dibunuh bersama pengawalnya. Hamas sendiri telah menunjuk Israel sebagai pihak yang bertanggung jawab.
Meski demikian, Israel selaku yang dituding melakukan serangan menolak untuk berkomentar lebih jauh. Militer Israel mengatakan pihaknya tidak merespon laporan dari pihak asing.
Di sisi lain, pemerintah AS, selaku sekutu terkuat di Israel yang juga melabeli Hamas kelompok teroris, mengaku telah mengetahui informasi terkait kematian Haniyeh. Namun masih menolak untuk memberikan penjelasan lebih lanjut.
“Gedung Putih telah melihat laporan tentang pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh yang terbunuh di Iran,” kata seorang juru bicara.
Dalam pengumumannya, Hamas menyebut Haniyeh tewas setelah rumahnya diserang oleh pihak Israel. Tapi bentuk serangan masih belum dijelaskan detil.
“Kami berduka atas kematian Haniyeh. Beliau tewas dalam serangan berbahaya Zionis di kediamannya di Teheran,” ucap kelompok Hamas dikutip Reuters.
“Pembunuhan yang ‘pengecut’ terhadap Ismail Haniyeh tidak akan dibiarkan begitu saja,” ujarnya lagi seperti dikutip Iran News.
Hal sama juga diungkap Garda Revolusi Iran. Namun IRG enggan berkomentar banyak karena masih dalam proses penyelidikan.
“Kediaman Ismail Haniyeh, kepala kantor politik Perlawanan Islam Hamas, diserang di Teheran, dan sebagai akibat dari insiden ini, dia dan salah satu pengawalnya menjadi martir,” kata sebuah pernyataan oleh situs web berita Sepah milik Korps Garda Revolusi Islam, sebagaimana dikutip AFP.
“Penyebab masih diselidiki,” tambah keterangan itu lagi.
Haniyeh diketahui tiba di Teheran pada hari Selasa untuk menghadiri pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian di parlemen. Ia telah bertemu dengan Pezeshkian dan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Pembunuhan ini terjadi tak lama setelah Israel dilaporkan menyerang benteng Hizbullah di Beirut Selatan dan menewaskan komandan senior kelompok itu, Fuad Shukr. Israel menuduh Hizbullah bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan 12 anak, tetapi kelompok Lebanon yang didukung Iran itu membantah terlibat.
Serentetan peristiwa ini terjadi di tengah kekhawatiran akan perang antara Israel dan Hizbullah Lebanon serta kemungkinan meluasnya perang di Arab. Saat ini situasi Timur Tengah sudah gonjang-ganjing setelah perang dikobarkan Israel di Gaza yang memakan korban jiwa hingga 39.000 orang lebih.
Haniyeh menjadi Kepala Biro Politik Hamas sejak 2017. Sebelumnya, ia sempat menjadi Kepala Hamas di Jalur Gaza serta sempat menjadi Perdana Menteri Palestina.
Ia merupakan figur tertinggi dalam kelompok Hamas. Ia diketahui sering berada di luar Gaza untuk menghindari serangan dan blokade yang dilakukan oleh Israel, sembari menjalankan komunikasi dengan beberapa mitra Hamas seperti Qatar dan Iran.
Selama bertahun-tahun, ia berpartisipasi dalam perundingan damai dengan mantan Presiden AS Jimmy Carter, dan bertemu dengan para pemimpin dunia lainnya termasuk Emir Qatar, Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani, dan diplomat China Wang Kejian awal tahun ini.
Pada bulan April, serangan udara Israel menewaskan tiga putra Haniyeh dan empat cucunya. Pada saat itu, Haniyeh, yang tinggal di Qatar, bersikeras kematian mereka tidak akan memengaruhi gencatan senjata dan perundingan penyanderaan yang sedang berlangsung.