News
Menanti Daya Kejut Menteri Pendidikan Baru
Published
1 month agoon
By
Natsir AmirMonitorday.com – Transformasi Pendidikan sudah menjadi tagline inti perubahan sistem Pendidikan di Indonesia. Nadim Makarim (Mendikbudristek periode 2019-2024) telah melakukan program yang belum pernah dilakukan pada era Menteri sebelumnya.
Hal yang paling terlihat dalam gerak transformasi Pendidikan mas Menteri adalah Merdeka Belajar, gagasan besar bagaimana Pendidikan dibangun berdasarkan kesadaran menyeluruh yang lahir secara bottom-up bukan lagi top-down (wawancara khusus Nadiem Anwar Makarim, Transformasi Pendidikan Perlu Dilanjutkan dengan gerakan Bersama, Kompas, 16/10/2024).
Gagasan populis dan startegis mas Menteri tertuang dalam 26 Episode Merdeka Belajar. Episode ini adalah rangkaian kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia sebagai bagian dari upaya reformasi pendidikan. Setiap episode memperkenalkan inovasi baru untuk memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia, dengan fokus pada peningkatan kualitas, aksesibilitas, dan relevansi Pendidikan.
Alasan mendasar menurut Mas Menteri menggagas Merdeka Belajar adalah sebuah komparasi situasi demografi Indonesia yang memiliki wilayah yang sangat luas dan penduduk yang banyak ditambah dengan keanekaragaman suku dan budaya. Sehingga, memungkinkan bahwa akses Pendidikan yang merata harus ditempuh dengan membangun kesadaran dari semua elemen Masyarakat. Terobosan Mas Menteri juga terlihat dengan penciptaan ekosistem Pendidikan yang berbasis teknologi. Pendidik, pengajar, orang tua dan Masyarakat dengan mudah berkomunikasi dalam aplikasi digital di satu ruang.
Di samping itu juga, upaya besar yang dilakukan Nadiem juga bagaimana mangantisipasi learning loss. Mengingat, masalah Covid19 berdampak besar terhadap perubahan perilaku pengajar mapun pemelajar. Kita dituntut untuk tetap belajar dengan banyak Batasan pertemuan verbal atau pertemuan fisik. Yang akhirnya, tuntutan penggunaan Learning Management System (LMS), media pembelajaran berbasis IT, dan support media sosial dalam pembelajaran menjadi suatu hal yang lumrah dalam kondisi demikian. Akselerasi penggunaan internet di masa dan pasca covid19, Indonesia menempati urutan 5 besar sebagai pengguna internet di Dunia.
Dengan segala keberanian melakukan terobosan Pendidikan ini, terlebih Nadiem memiliki latar belakang pebisnis Transportasi Online, sehingga dia mengadaptasi juga dalam aspek Pendidikan, dia juga mendapatkan banyak apresiasi tidak sekedar di dalam negeri bahkan tokoh-tokoh Pendidikan luar negeri pun memberi apresiasi atas kemajuan Pendidikan Indonesia dengan basis teknologi.
Tak ada gading yang tak retak, ya peribahasa ini memang tetap ada di setiap program apapun. Dengan segudang kesuksesan yang telah dicapai oleh Nadiem, tentu masih banyak pekerjaan rumah di Kementerian Pendidikan di masa mendatang. Apalagi, ke depan Kementerian Pendidikan akan dibagi dua yaitu Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Menteri Pendidikan Tinggi dan Riset. Kebijakan pemisahan Kementerian ini diharapkan menjadi langkah strategis yang terus bisa mengurai isu Pendidikan yang masih banyak belum terselesaikan.
Esensi Pendidikan
Tujuan utama Pendidikan sebagaimana dipahami bersama adalah fokus pada perubahan perilaku pemelajar. Perubahan perilaku pemelajar adalah tujuan utama Pendidikan yang menjadi parameter utama kesuksesan atau kegagalan sebuah tujuan. Pencapaian tujuan itu tentu tidak terlepas dari proses yang dilakukan secara procedural, sistematis, dan berkelanjutan.
Fase Proses meliputi kesiapan mental pemelajar, proses daya serap informasi, kematangan pemahaman, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan, kekuatan daya tahan dalam pembelajaran, dan motivasi untuk belajar kembali pasca pembelajaran di kelas. Kondisi-kondisi itu harus dihadirkan dalam suasana pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Karena pembelajaran merupakan proses yang berjenjang dan siklus tak terpisahkan dari fase-fase lainnya. Input-process-output-outcome merupakan siklus baku dalam Pendidikan yang harus ada.
Torehan program genuine Nadiem telah melahirkan program-program yang berbasis teknologi, pergeseran alat ukur yang semula basisnya tes menjadi penilaian. Hal ini menjadi capaian yang luar biasa. Karena penilaian berorientasi pada proses sementara tes berorientasi pada hasil. Hasil tidak mungkin bisa diproduksi jika prosesnya tidak sesuai prosedur, dan proses yang sesuai prosedur dipastikan bisa mendapatkan hasil sesuai harapan. Meskipun tidak serratus persen demikian.
Capaian kesuksesan yang dilakukan Nadiem masih perlu untuk dilengkapi dan terus diperbaiki lagi. Mengingat bahwa di lapangan terlihat bahwa pemelajar hari ini atau generasi hari ini menyederhanakan proses pembelajaran yang dahulu dilakukan dengan penuh perjuangan namun hari ini selesai dengan aplikasi. Kemudahan untuk mengakses informasi dengan sumber yang melimpah, menjadikan generasi pemelajar kini dihadapkan pada satu tantangan besar, yaitu how to choose (bagaimana memilih).
Hal ini berbeda dengan generasi sebelumnya yang mengalami kesulitan informasi karena berbagai keterbatasan infrasuktur teknologi, sehingga tantangan mereka ada pada how to look for (bagaimana mencari). Dua kondisi ini antara how to choose dan how to look for ternyata sama-sama tidak sesederhana yang kita persepsikan. Perlu pembelajaran yang terbimbing dan berkelanjutan. Meski berbeda tapi kedua fenomena itu memiliki tujuan Pendidikan yang sama, yakni mendapatkan informasi yang tetap sesuai kebutuhan pemelajar dalam upaya peningkatan kualitas diri. Jika kualitas diri semakin baik maka perubahan perilaku akan baik pula, jika perubahan perilaku semakin baik maka Pendidikan di suatu tempat akan mengalami peningkatan.
Perilaku yang bai katas hasil pembelajaran yang baik ini menjadi penciri bahwa suatu negara menghasilkan generasi terpelajar. Generasi terpelajar diidentikkan dengan generasi yang siap untuk memimpin, melakukan perubahan, dan membawa bangsa kea rah kemajuan. Karakter inilah yang melhirkan generasi growth mindset, mereka siap untuk menghadapi segala perubahan di masa mendatang.
Setidaknya, ada tujuh poin penting yang menjadi tantangan masa depan Pendidikan Indonesia. Pertama, Akses dan Infrastruktur Teknologi. Prioritas utama adalah mengatasi kesenjangan akses terhadap teknologi dan internet, terutama di daerah terpencil, untuk mendukung transformasi digital dan pembelajaran berbasis teknologi.
Kedua, Peningkatan Kualitas Guru. Meningkatkan kompetensi dan kapasitas guru melalui pelatihan berkelanjutan agar mereka siap mengadopsi metode pembelajaran modern dan teknologi pendidikan.
Ketiga, Relevansi Kurikulum dengan Dunia Kerja. Menyelaraskan kurikulum pendidikan dengan kebutuhan industri masa depan, terutama dalam pengembangan keterampilan abad ke-21, agar lulusan siap menghadapi pasar kerja yang dinamis.
Keempat, Kesenjangan Kualitas Pendidikan. Mengatasi kesenjangan kualitas pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan, serta memperbaiki fasilitas dan sumber daya sekolah di seluruh wilayah Indonesia.
Kelima, Inklusi dan Kesetaraan Pendidikan. Mendorong pendidikan yang inklusif dan setara bagi semua anak, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus, agar setiap anak mendapat kesempatan belajar yang sama.
Keenam, Pendidikan Karakter dan Keterampilan Hidup. Mengintegrasikan pendidikan karakter dengan pengembangan keterampilan sosial, etika, dan tanggung jawab sosial untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan kehidupan modern.
Ketujuh, Pendanaan dan Kebijakan yang Merata. Memastikan pendanaan pendidikan yang berkelanjutan dan distribusi yang merata untuk mendukung inovasi, infrastruktur, dan kualitas pendidikan yang lebih baik di seluruh wilayah.
Semoga, Pendidikan Indonesia semakin maju dan senantiasa lebih adaptif, inklusif, dan relevan dengan kebutuhan masa depan. Selamat bekerja pa Menteri, semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan dalam melaksanakan program-programnya untuk membangun Indonesia Emas yang bermartabat.
Nanan Abdul Manan
Akademisi Universitas Muhammadiyah Kuningan