Monitorday.com – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah sekaligus Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) RI, Abdul Mu’ti, memberikan ceramah inspiratif dalam peringatan Hari Bermuhammadiyah DKI Jakarta di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA), Ahad (3/11).
Dalam kesempatan tersebut, Mu’ti mengumumkan rencana peluncuran program baru bertajuk “7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat” pada Januari mendatang.
Program ini dirancang untuk membentuk kebiasaan positif di kalangan anak-anak Indonesia, guna memperkuat karakter dan nilai-nilai moral mereka.
“Kebiasaan yang akan kami tekankan meliputi bangun pagi, beribadah, berolahraga, gemar belajar, makan sehat dan bergizi, bermasyarakat, serta tidur cepat,” ujarnya.
Mu’ti menegaskan pentingnya peran aktif orangtua dan guru dalam proses pembentukan karakter anak. Ia juga mengusulkan untuk mengaktifkan kembali pendidikan berbasis rumah sebagai salah satu dukungan terhadap tujuan tersebut.
Di sekolah, guru diharapkan dapat memotivasi siswa dengan menanyakan kebiasaan pagi mereka, untuk mendorong kebiasaan bangun pagi dan beribadah sejak dini.
Menurut Mu’ti, program ini merupakan langkah jangka panjang untuk membangun peradaban bangsa yang beradab. Ia percaya bahwa pendidikan karakter harus menyenangkan, bukan menakutkan.
“Dari kebiasaan, menjadi karakter, lalu menuju keadaban. Pendidikan karakter harus menyenangkan,” tambahnya.
Dalam kesempatan itu, Mu’ti juga membahas kebijakan zonasi sekolah yang telah menjadi sorotan sejak diluncurkan oleh mantan Menteri Muhadjir Effendy. Kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi polarisasi antara sekolah elit dan sekolah biasa.
Mu’ti menjelaskan bahwa zonasi diharapkan dapat mencegah segregasi psikologis dan sosial, serta memastikan pemerataan akses pendidikan yang adil di seluruh wilayah.
Meskipun ada dukungan masyarakat terhadap kebijakan zonasi, beberapa pihak merasa bahwa hal ini membatasi pilihan sekolah.
Menanggapi hal tersebut, Mu’ti menegaskan komitmen Kemendikdasmen untuk menerapkan tagline “Pendidikan untuk Semua” yang adil.
Ia juga mengharapkan perubahan paradigma pendidikan nasional dari fokus pada pencapaian menuju pembelajaran yang lebih mendalam.
“Sistem pendidikan harus lebih mindful, meaningful, dan joyful untuk mendukung perkembangan siswa secara holistik,” pungkasnya.