Monitorday.com – Kisah Nabi Ismail dan ibunya, Hajar, adalah sebuah narasi penuh keajaiban, ketabahan, dan keimanan yang tak lekang oleh waktu. Di tengah padang pasir Mekkah yang tandus dan tak berpenghuni, muncul sebuah mukjizat agung: air zamzam. Sebuah sumber air yang hingga kini terus mengalir tanpa henti, menjadi saksi dari kesabaran dan tawakkal dua hamba Allah yang luar biasa.
Cerita ini bermula ketika Nabi Ibrahim, atas perintah Allah, membawa Hajar dan Ismail yang masih bayi ke sebuah lembah gersang di Hijaz, yang kelak menjadi kota suci Mekkah. Tanpa perbekalan yang cukup, tanpa tempat tinggal, dan tanpa penduduk, Hajar ditinggalkan oleh Ibrahim karena ketaatannya kepada Allah. Meski awalnya berat, Hajar menerima dengan penuh iman karena tahu suaminya menjalankan titah Ilahi.
Saat persediaan makanan dan air habis, Hajar yang kehausan melihat bayinya menangis pilu. Tak ada yang bisa ia lakukan selain berusaha. Ia berlari antara dua bukit—Shafa dan Marwah—sebanyak tujuh kali, dengan harapan ada manusia atau sumber air di sekitar. Usaha ini menjadi simbol dari keikhlasan dan kegigihan seorang ibu yang rela melakukan apa saja demi menyelamatkan anaknya.
Ketika semua usaha telah dilakukan dan Hajar kembali ke sisi Ismail, mukjizat Allah pun datang. Dari hentakan kaki kecil Ismail, memancar air yang terus mengalir dari tanah. Hajar spontan menampung air tersebut sambil berkata, “Zamzam, zamzam!” yang berarti “berkumpullah, berkumpullah!” Maka, air itu pun tidak hanya mengalir deras, tapi juga menjadi sumber kehidupan bagi masa depan kota Mekkah.
Keberadaan air zamzam inilah yang kemudian menarik kabilah-kabilah Arab untuk menetap di daerah tersebut, menjadikannya kawasan yang ramai dan makmur. Maka bisa dikatakan bahwa perjuangan Hajar dan keberadaan Ismail menjadi cikal bakal berdirinya kota Mekkah—kota suci yang kelak akan menjadi pusat spiritual umat Islam.
Kisah ini tidak hanya mencerminkan mukjizat dalam bentuk fisik, tetapi juga pelajaran spiritual yang sangat dalam. Hajar tidak tinggal diam menunggu pertolongan datang. Ia berikhtiar maksimal, berlari bolak-balik tanpa lelah. Barulah setelah itu, pertolongan Allah datang. Ini menjadi pelajaran penting bahwa ikhtiar dan tawakkal harus berjalan seiring—usaha tidak menghilangkan iman, dan iman tidak menggugurkan usaha.
Salah satu bentuk penghormatan terhadap perjuangan Hajar ini adalah diwajibkannya umat Islam untuk melakukan sa’i—berlari kecil antara Shafa dan Marwah—sebagai bagian dari rukun umrah dan haji. Aktivitas fisik ini bukan sekadar ritual, tetapi pengingat akan betapa besarnya pengorbanan dan keyakinan seorang ibu yang dijadikan syariat sepanjang zaman.
Kehadiran Nabi Ismail di tengah kisah ini pun memperkuat pesan bahwa mukjizat sering kali muncul melalui kelemahan yang tampak. Seorang bayi yang belum bisa berkata-kata justru menjadi sebab munculnya sumber kehidupan yang tak terputus. Hal ini mengajarkan bahwa dalam hidup, tak ada yang mustahil bagi Allah, dan bahkan kelemahan bisa menjadi kekuatan jika disertai keimanan.
Zamzam bukan hanya air biasa. Ia adalah simbol dari rahmat dan keberkahan. Dalam banyak hadis, air zamzam memiliki berbagai keutamaan. Rasulullah ﷺ bersabda, “Air Zamzam tergantung kepada niat orang yang meminumnya.” Artinya, air ini bisa menjadi obat, kekuatan, atau berkah sesuai dengan niat peminumnya. Hingga hari ini, jutaan orang datang ke Mekkah untuk mencicipi air ini, menjadikannya bagian dari ibadah yang penuh makna.
Dalam konteks kehidupan modern, kisah Hajar dan Ismail mengajarkan ketabahan dalam menghadapi ujian. Ketika seseorang merasa berada di titik terendah, di padang tandus kehidupan, maka jangan pernah berhenti berusaha dan jangan pernah putus harapan. Pertolongan Allah bisa datang dari arah yang tak disangka, bahkan melalui sesuatu yang tampak mustahil.
Tak kalah penting, kisah ini juga menjadi pengingat tentang pentingnya peran ibu. Hajar bukan nabi, bukan tokoh kerajaan, tetapi seorang ibu yang kuat, penuh cinta, dan ikhlas. Allah mengabadikan perjuangannya dalam ritual haji, menunjukkan bahwa peran seorang ibu sangatlah mulia dan layak dikenang sepanjang masa.
Pada akhirnya, kisah Nabi Ismail dan Hajar bukan hanya sejarah, tetapi juga refleksi iman, usaha, dan pengharapan. Ia adalah bukti bahwa di balik setiap ujian, selalu ada rahmat yang menanti. Dan dari air zamzam yang terus mengalir, kita diajak untuk terus percaya bahwa kasih sayang Allah tidak pernah kering.