News
Kerjasama, Lebih dari Sekedar Menemani…
Published
1 day agoon
By
Natsir AmirMonitorday.com – “Keberhasilan jangka panjang sebuah lembaga seringkali berasal dari sinergi antara berbagai bagian organisasi. Ketika berbagai komponen bekerja bersama dengan tujuan yang sama, mereka tidak hanya menyelesaikan masalah, tetapi menciptakan inovasi.”
Demikian salah satu statement dalam buku Good to Great karya Jim Collins yang membahas satu pertanyaan penting: Bagaimana perusahaan-perusahaan berubah dari sekadar cukup baik menjadi hebat?
Diterbitkan pertama kali pada tahun 1994, buku ini masih dianggap sebagai salah satu buku manajemen bisnis yang paling didambakan hingga saat ini.
Dalam pandangan Jim Collins, semangat kolaborasi antarinstansi, apakah itu swasta, terlebih pemerintah menjadi salah satu kunci untuk mencapai tujuan pembangunan nasional yang lebih efektif dan efisien.
Hal senada juga disampaikan oleh Presiden Prabowo Subianto bahwa sinergi dan kolaborasi seluruh pihak sangatlah penting. Menurut Presiden, hal tersebut turut menjadi kunci dalam mendorong kebangkitan bangsa Indonesia.
“Sinergi, kolaborasi, kerja sama, persatuan, kerukunan, ini adalah rumus keberhasilan suatu bangsa. Ini adalah hasil dari sejarah. Hanya negara yang elite-nya bisa rukun dan bersatu, yang elite-nya bisa kerja sama negara itu akan bangkit,” ucap Presiden dalam sambutannya pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2024 di Komplek Perkantoran Bank Indonesia, Jakarta, pada Jumat, 29 November 2024.
Memotret buku Jim Collins dan arahan Presiden Prabowo, maka jika dikaitkan dengan Institusi, baik di kementerian, direktorat jenderal hingga ke lingkup terkecil, tentu bagian kerjasama memegang peran penting dalam mengoptimalkan kerjasama lintas sektoral.
Tanggung jawab mereka tidak hanya terbatas pada tugas administratif semata, tetapi juga pada kemampuan untuk menjalankan fungsi-fungsi kerjasama yang dapat menghubungkan berbagai sektor dalam mencapai sinergi yang lebih kuat.
Namun, pada kenyataannya, kerjasama lintas sektoral sering kali tidak berjalan dengan optimal. Salah satu penyebab utama masalah ini adalah kurangnya peran aktif dari bagian kerjasama yang seharusnya dapat menjadi motor penggerak utama dalam koordinasi dan kolaborasi antar berbagai pihak.
Tanpa adanya dorongan yang kuat dari pihak ini, kerjasama antarinstansi cenderung terhambat dan tidak maksimal, yang pada gilirannya menghambat pencapaian tujuan bersama.
Sering kali bagian kerjasama di kementerian terlihat hanya sebagai unit yang duduk di ruang tertutup, terpisah dari dinamika lapangan. Mereka tampak seperti “menara gading” yang terisolasi, jauh dari interaksi langsung dengan pihak-pihak yang berada di tingkat operasional.
Padahal, keberhasilan kerjasama sangat bergantung pada komunikasi yang lancar dan sinergi yang dibangun dari bawah, mulai dari sektor terendah hingga ke tingkat pusat. Tanpa adanya usaha nyata untuk menjalin hubungan langsung dengan pemangku kepentingan di lapangan, kerjasama tidak akan berkembang dengan baik.
Salah satu tantangan utama dalam membangun kerjasama lintas sektoral adalah sikap pasif yang seringkali muncul pada bagian kerjasama. Ketika mereka hanya menunggu kerjasama datang dengan sendirinya, hal ini menunjukkan kurangnya pemahaman tentang pentingnya inisiatif dan proaktif dalam menjalankan tugas mereka.
Bagian kerjasama seharusnya tidak hanya menunggu, tetapi harus aktif mencari peluang kerjasama, menggali potensi sinergi, dan mengidentifikasi tantangan yang mungkin muncul dalam setiap proyek bersama.
Tanggung jawab bagian kerjasama bukan hanya untuk menerima atau memfasilitasi permintaan kerjasama yang datang, tetapi juga untuk mendorong setiap pihak yang terlibat agar memahami kepentingan bersama dan bagaimana cara mencapainya.
Oleh karena itu, mereka perlu melibatkan diri dalam perencanaan dan pengawasan proyek bersama, serta melakukan pendekatan yang lebih intensif terhadap semua stakeholder terkait. Proses ini tidak bisa dilakukan dengan pendekatan yang terpisah-pisah atau hanya menunggu arahan dari atasan semata.
Lebih jauh lagi, bagian kerjasama harus memiliki kemampuan untuk mendorong kerjasama dengan berbagai pihak, baik di dalam negeri maupun internasional, untuk mencapai tujuan yang lebih luas.
Kegagalan untuk memaksimalkan potensi ini akan berakibat pada stagnasi kerjasama yang seharusnya dapat memberikan dampak signifikan terhadap pembangunan. Dalam konteks ini, kerjasama internasional juga menjadi elemen penting, di mana kolaborasi dengan negara-negara lain dapat membuka peluang baru bagi kementerian dalam mencapai tujuannya.
Memang, bagian kerjasama tidak dapat bekerja sendiri tanpa dukungan dari kementerian atau direktorat jenderal lainnya. Namun, hal yang lebih penting adalah bagaimana mereka dapat bekerja secara sinergis, mengoptimalkan peran dan fungsinya masing-masing, serta memastikan agar komunikasi dan koordinasi antar pihak berjalan dengan lancar. Tanpa adanya integrasi yang baik antara semua pihak yang terlibat, tujuan kerjasama lintas sektoral akan sulit tercapai.
Terakhir, semangat kolaborasi harus menjadi fokus utama bagi setiap bagian kerjasama di kementerian dan lembaga negara lainnya. Mereka harus memahami bahwa posisi mereka bukanlah sekadar pelaksana tugas administratif, tetapi juga sebagai penggerak utama dalam membangun sinergi antar sektor.
Jika bagian kerjasama tidak mampu melaksanakan tupoksinya dengan baik, maka kapasitas dan peran mereka dalam mendukung tujuan negara akan sangat diragukan.
Oleh karena itu, sudah saatnya bagi mereka untuk turun dari menara gading dan bergerak aktif untuk mewujudkan sinergi lintas sektoral yang lebih kuat dan efektif.
Melalui tulisan pendek ini, saya teringat ucapan Michael Porter yang menekankan pada “Keunggulan kompetitif dalam lembaga tidak hanya didapatkan dari kekuatan internal, tetapi dari kemampuannya untuk membentuk kemitraan yang sinergis dengan lembaga lain yang saling melengkapi. Ini adalah kunci untuk mencapai nilai lebih dalam pencapaian tujuan bersama.”
Semoga, filosofi powerpoint bisa dimaknai oleh pihak-pihak yang berada di kerjasama, tidak disebut powerpoint jika pointnya tidak dideliver dengan baik, khawatirnya jika point disampaikan dengan serba administratif bakal terlihat powerbank. It seems like, you know only how to lead a small meeting, but no idea to deal with. Jika kerjasama hanya bisa menemani, duduk dan dengar paparan, jadilah penjaga perbatasan di daerah konflik, akan lebih indah menjadi penghubung pihak-pihak yang bertikai.