Monitorday.com – Suatu pagi di awal tahun, Guntur Romli, juru bicara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), mengulas tentang hubungan partainya dengan Presiden ke-8 Republik Indonesia, Prabowo Subianto.
Dalam dialog di Kompas TV, ia dengan tegas menyatakan, “Pak Prabowo itu bukan orang iseng yang suka merecoki partai lain.” Pernyataan itu langsung memancing perhatian, membandingkan Prabowo dengan pendahulunya, Joko Widodo (Jokowi), Presiden ke-7 RI, yang menurut Guntur memiliki gaya berbeda dalam berinteraksi dengan partai politik.
Bagi PDI-P, Prabowo adalah sosok yang menjaga etika politik. Ia tidak pernah mengganggu partai lain, sebuah sikap yang jarang ditemukan dalam dunia politik yang kerap panas dan penuh intrik. “Dari sejarahnya, Pak Prabowo tidak punya rekam jejak mengganggu orang lain,” ujar Guntur dengan nada penuh keyakinan. Pernyataan ini tentu menjadi angin segar di tengah dinamika politik yang sering kali sarat dengan persaingan sengit.
Sebaliknya, Guntur menyoroti bagaimana Jokowi, selama masa kepresidenannya, dianggap telah “mengganggu” sejumlah partai politik. Ia menyebutkan beberapa partai yang menurutnya pernah merasakan hal tersebut, seperti Golkar, PPP, PAN, dan Demokrat. Pernyataan ini menciptakan narasi kontras antara Prabowo dan Jokowi dalam menjalankan peran mereka sebagai pemimpin negara.
Hubungan yang baik antara PDI-P dan Prabowo juga tercermin dalam rencana undangan khusus untuk Presiden Prabowo ke Kongres ke-6 PDI-P yang akan digelar setelah Lebaran 2025. Menurut Guntur, undangan ini adalah bentuk ketulusan dan persahabatan dari Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri. “Meskipun PDI Perjuangan berada di luar pemerintahan, kami tidak akan pernah mengganggu,” tegasnya.
Kehadiran Prabowo di Kongres ini bukan sekadar formalitas, tetapi simbol dari harmoni politik yang ingin ditunjukkan PDI-P. Guntur menambahkan, istilah “mitra strategis” adalah deskripsi yang tepat untuk menggambarkan hubungan PDI-P dengan pemerintahan Prabowo. Hal ini juga didukung oleh fakta bahwa beberapa posisi strategis di parlemen, seperti Ketua DPR yang dipegang oleh Puan Maharani dan Ketua Banggar Said Abdullah, diisi oleh kader PDI-P.
Di tengah hiruk-pikuk politik, hubungan antara PDI-P dan Prabowo menjadi contoh bagaimana dinamika politik bisa berjalan tanpa harus saling menjatuhkan. Dengan pendekatan yang penuh rasa hormat dan profesionalisme, kedua pihak menunjukkan bahwa persaingan politik tidak harus berarti permusuhan.