Monitorday.com – Otoritas Palestina (PA) yang dibentuk oleh ‘Israel’ berambisi menjadi satu-satunya kekuatan penguasa di Gaza setelah perang.
Perdana Menteri Otoritas Palestina (PA) Mohammad Mustafa mengatakan pada tanggal 15 Januari, karena harapan akan kesepakatan untuk menghentikan pertempuran dan membebaskan sandera ‘Israel’ semakin mendekati kenyataan.
Siapa yang akan memimpin Gaza setelah perang tetap menjadi salah satu pertanyaan besar yang belum terjawab dalam perundingan gencatan senjata.
Perundingan tersebut lebih difokuskan pada gencatan senjata segera dan pertukaran sandera yang masih ditahan di Gaza dengan tahanan Palestina di penjara ‘Israel’.
Berbicara pada sebuah konferensi di Norwegia, Mustafa mengatakan ‘Israel’ dan Hamas harus menyetujui gencatan senjata di Gaza.
Ia juga menekankan pentingnya mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan untuk menjangkau 2,3 juta warga Gaza yang menghadapi krisis kemanusiaan setelah perang 15 bulan berakhir.
Ia mengklaim bahwa hanya PA adalah otoritas yang sah untuk mengambil alih pemerintahan di Jalur Gaza setelah pertempuran berakhir.
Mustafa menegaskan bahwa tidak boleh ada upaya untuk memisahkan Gaza dari Tepi Barat yang diduduki ‘Israel’ sebagai bagian dari negara Palestina.
“Penting untuk ditegaskan bahwa tidak akan dapat diterima jika entitas lain mana pun memerintah Jalur Gaza, kecuali pemimpin Palestina yang sah dan pemerintah negara Palestina,” tegasnya.
Pernyataan ini disampaikan kepada Reuters oleh pemimpin kelompok yang tidak ikut berperang melawan ‘Israel’.
Mustafa juga menyatakan bahwa pengakuan Norwegia pada tahun 2024 terhadap negara Palestina di bawah PA merupakan langkah penting menuju solusi dua negara.
Diketahui, penjajah ‘Israel’ telah menolak keterlibatan kelompok gerakan perlawanan Islam (Hamas), yang memerintah Gaza sebelum perang.
Namun, ‘Israel’ mendukung Otoritas Palestina (PA), sebuah badan yang didirikan berdasarkan perjanjian damai sementara Oslo tiga dekade lalu.
Badan ini bukan sebuah perwakilan negara dan tidak memiliki kepercayaan di hati masyarakat Palestina.
PA, yang didominasi oleh faksi Fatah yang sekuler, dibentuk oleh mantan pemimpin Palestina Yasser Arafat.
PA juga menghadapi pertentangan dari pejuang pembebasan Palestina seperti Hamas, yang mengusir PA dari Gaza pada tahun 2007 setelah perang saudara singkat.
Baru-baru ini, PA berdiri bersama pasukan penjajah ‘Israel’ menangkapi para pejuang Palestina di Ramalah di Tepi Barat.