Monitorday.com – Penjajah ‘Israel’ dan gerakan pejuang Palestina (Hamas) pada Rabu (10/1/2025) sepakat untuk gencatan senjata di Jalur Gaza.
Kesepakatan ini berpotensi mengakhiri serangan ‘Israel’ yang telah berlangsung selama 15 bulan di wilayah tersebut.
Perdana Menteri Qatar dan Menteri Luar Negeri Mohammed bin Abdulrahman mengumumkan bahwa para mediator telah berhasil mencapai kesepakatan gencatan senjata.
Implementasi gencatan senjata dijadwalkan akan dimulai pada Ahad depan, menurut laporan Anadolu Agency (AA).
Dalam konferensi pers yang diadakan di Doha, Mohammed menyatakan bahwa tahap pertama kesepakatan itu akan berlangsung selama 42 hari.
Kesepakatan ini melibatkan pembebasan 33 tahanan ‘Israel’ dengan imbalan sejumlah tahanan Palestina yang dirahasiakan.
Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani mengumumkan bahwa kesepakatan tersebut akan mulai berlaku pada 19 Januari.
Ia juga menyatakan bahwa Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat (AS) akan bekerja untuk memastikan pelaksanaan perjanjian.
Mekanisme akan disiapkan untuk memantau pelaksanaan kesepakatan dan mengatasi setiap kemungkinan pelanggaran.
Qatar menyampaikan harapannya bahwa tidak akan ada operasi militer yang dilakukan pada periode menjelang penerapan perjanjian tersebut.
Negosiasi kesepakatan ini difasilitasi oleh pihak Qatar dan Mesir, dengan tekanan dari pemerintahan Presiden terpilih Donald Trump pada pihak penjajah ‘Israel’.
Hamas menyatakan bahwa gencatan senjata ini merupakan pencapaian bagi rakyat, perlawanan, dan bangsa mereka.
Mereka menyebutnya sebagai titik balik dalam perjuangan melawan musuh dan langkah menuju pencapaian tujuan pembebasan.
Gencatan senjata ini terjadi setelah melewati 467 hari, di mana 46.000 warga Palestina syahid.
Gencatan senjata di Gaza akan mulai berlaku pada hari Ahad, tanggal 19 Januari 2025.