Monitorday.com – Nasaruddin Umar mengingat betul hari pertama ia masuk kantor sebagai Menteri Agama. Belum genap seminggu dilantik, ia sudah melangkahkan kaki ke gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kejaksaan Agung.
Bukan karena tersandung kasus, melainkan untuk memastikan Kementerian Agama di bawah kepemimpinannya bersih dari praktik korupsi. Langkah ini mengejutkan banyak pihak, tetapi juga menegaskan bahwa era baru telah dimulai.
Dengan visi yang jelas, Nasaruddin segera menggelar retret di Bogor, Jawa Barat, untuk menyamakan visi dan misi dengan seluruh jajarannya. Ia menekankan efisiensi: memotong perjalanan dinas yang tidak perlu, mengoptimalkan teknologi digital dalam rapat, dan membatasi izin perjalanan ke luar negeri. Semua ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto yang ingin menghindari pemborosan anggaran.
Tak hanya soal efisiensi, Nasaruddin juga mengeluarkan kebijakan tegas terkait gratifikasi. Ia meminta seluruh jajarannya mengembalikan hadiah yang diterima, termasuk dirinya sendiri yang melaporkan gratifikasi ke KPK. Sikap transparan ini menandai perubahan besar di Kementerian Agama.
Dalam 100 hari pertamanya, Nasaruddin menginisiasi tiga kebijakan utama: menurunkan biaya haji, mengembangkan pendidikan berbasis toleransi dengan kurikulum berbasis cinta, dan mempercepat sertifikasi guru agama. Penurunan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) menjadi salah satu pencapaian signifikan.
Biaya yang harus dibayar jamaah turun dibanding tahun sebelumnya, tanpa mengorbankan kualitas layanan. Presiden Prabowo bahkan meminta agar biaya ini terus dievaluasi agar semakin terjangkau bagi masyarakat.
Di bidang pendidikan, Nasaruddin mendorong kurikulum berbasis cinta yang menanamkan nilai-nilai kasih sayang, toleransi, dan empati dalam pembelajaran agama. Ia percaya bahwa pendidikan agama tidak hanya soal teori dan praktik ibadah, tetapi juga membentuk karakter yang inklusif dan penuh kasih.
Sementara itu, program sertifikasi guru agama ditargetkan untuk 625.481 guru dalam dua tahun ke depan. Dengan pendidikan profesi ini, para guru tidak hanya mendapatkan peningkatan kesejahteraan, tetapi juga mampu memberikan pengajaran yang lebih berkualitas bagi generasi muda.
Kinerja Nasaruddin mendapat pengakuan tinggi dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS), yang menempatkannya sebagai menteri dengan kinerja terbaik dalam 100 hari pertama Kabinet Merah Putih. Dengan lima indikator penilaian, termasuk pencapaian program dan tata kelola anggaran, Nasaruddin hampir meraih nilai sempurna.
Meski mendapat apresiasi tinggi, ia tetap rendah hati. “Kita fokus layani umat. Bagaimana umat merasakan kehadiran Kementerian Agama karena kemudahan akses atas layanan yang semakin baik dan bermutu. Ini fokus yang akan kita terus upayakan ke depan,” ujarnya.
100 hari pertama telah berlalu, tetapi perjalanan transformasi Kementerian Agama masih panjang. Dengan langkah-langkah berani dan inovatif, Nasaruddin Umar membuktikan bahwa perubahan bukan sekadar janji, melainkan aksi nyata.