Connect with us

Review

40.000 PNS AS Resign Massal, Ada Apa?

Puluhan ribu PNS AS mengundurkan diri setelah tawaran massal dari pemerintah Trump. Kebijakan ini memicu kontroversi, dengan serikat pekerja menolak dan pegawai dilanda ketidakpastian akan pesangon mereka.

Natsir Amir

Published

on

Monitorday.com – Pemandangan tak biasa terjadi di jajaran pemerintahan Amerika Serikat. Puluhan ribu pegawai negeri sipil (PNS) mendadak mundur, sesuai tawaran yang mereka terima lewat e-mail larut malam. Bukan kebetulan, langkah ini adalah bagian dari kebijakan pemangkasan pegawai federal yang digagas Presiden Donald Trump. Tapi ada satu hal yang bikin geger: pengunduran diri ini juga mencakup pegawai Badan Intelijen Pusat (CIA).

Gelombang pengunduran diri ini terhitung masif. Dalam hitungan hari, sekitar 20.000 hingga 40.000 PNS sudah menyatakan kesediaan mereka untuk meninggalkan pekerjaan—meskipun tetap menerima gaji hingga September 2025. Bahkan, Gedung Putih memperkirakan angka ini akan terus bertambah dalam 24 jam ke depan.

Keputusan ini bukan tanpa alasan. Presiden Trump, dengan masukan dari Kepala Departemen Efisiensi Pemerintahan (DOGE), Elon Musk, berambisi memangkas jumlah pegawai federal dan mengurangi pengeluaran. Tawaran ini seakan menjadi ‘jalan keluar cepat’ bagi pemerintah untuk merampingkan birokrasi.

CIA menjadi institusi pertama yang bergerak cepat. Pada Selasa (4/2/2025), mereka mengumumkan skema pengunduran diri massal kepada seluruh stafnya. Bagi mereka yang menerima, pemerintah menjanjikan gaji dan tunjangan tetap selama delapan bulan ke depan. Namun, bagi sebagian besar PNS, tawaran ini lebih terasa seperti ultimatum daripada kesempatan.

Tidak semua pihak sepakat. Serikat pekerja yang mewakili PNS langsung bereaksi keras. Federasi Pegawai Pemerintah Amerika (AFGE) mengecam langkah ini dan mengajukan gugatan. Everett Kelley, presiden AFGE, menyatakan dengan tegas, “Kami tidak akan tinggal diam dan membiarkan anggota kami menjadi korban penipuan ini.”

Keresahan juga merebak di kalangan pegawai federal. Beberapa yang diwawancarai BBC mengaku bingung dan cemas. Seorang pegawai perempuan yang enggan disebutkan namanya menyampaikan kekhawatirannya. “Tampaknya kejam dan mengerikan,” katanya. Ia menilai tawaran ini lebih seperti paksaan: ambil atau kehilangan pekerjaan. “Tidak ada jaminan pesangon seperti yang dijanjikan,” tambahnya.

Kekhawatiran ini bukan tanpa dasar. Beberapa pegawai yang memutuskan menerima tawaran juga dihantui rasa was-was. “Saya hanya berharap ini bukan penipuan,” ujar salah satu pegawai federal yang memilih mundur. Ketidakpastian inilah yang membuat banyak pegawai ragu, meski skema ini tampak menggiurkan di atas kertas.

Banyak yang mempertanyakan urgensi kebijakan ini. Mengapa skema ini diumumkan secara mendadak? Mengapa diputuskan dalam waktu singkat, tanpa konsultasi panjang? Yang lebih mengejutkan, mengapa justru institusi seperti CIA yang pertama kali menjalankan kebijakan ini?

Pakar kebijakan publik menilai langkah ini sebagai manuver politik Trump untuk menunjukkan ‘efisiensi pemerintahan’ menjelang pemilu berikutnya. Dengan merampingkan birokrasi, Trump ingin memperlihatkan kepada publik bahwa pemerintahannya efektif dan tidak boros. Namun, para kritikus berpendapat kebijakan ini terlalu tergesa-gesa dan berisiko tinggi. Jika terlalu banyak pegawai berpengalaman yang mundur, administrasi pemerintahan bisa terganggu, bahkan menimbulkan kekacauan dalam layanan publik.

Sementara itu, nasib ribuan pegawai yang memilih resign masih menjadi tanda tanya besar. Apakah mereka benar-benar akan mendapatkan pesangon sesuai janji? Ataukah ini hanya bagian dari strategi pemangkasan anggaran yang akan menyisakan banyak korban? Yang jelas, dalam beberapa hari ke depan, angka pengunduran diri ini akan terus bertambah, dan dampaknya baru akan terasa dalam jangka panjang.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Monitor Saham BUMN



Sportechment8 hours ago

Sumbang 1 Gol, Kevin Diks Sokong FC Copenhagenke 16 Besar Conference League

Sportechment9 hours ago

Jabat Mendiktisaintek Baru, Segini Harta Kekayaan Brian Yuliarto

News9 hours ago

Megawati: Kepala Daerah PDIP Tak Hadiri Retreat Pasca Hasto Ditahan KPK

Sportechment17 hours ago

Musisi Dukung Penuh Sukatani Band Usai Tarik Lagu Bayar Bayar Bayar

News17 hours ago

Wamendikdasmen Apresiasi Kebijakan Tidur Siang di SDIT Al Falah Sukabumi

News18 hours ago

Dirjen IKMA: Indonesia Berpotensi Jadi Pemasok Fesyen Muslim Terbesar Dunia

Sportechment18 hours ago

Jaecoo Kenalkan Mobil Listrik J5 di IIMS 2025, Cek Harganya

Ruang Sujud18 hours ago

Muhasabah Diri: Kunci Meraih Keberkahan Hidup di Tahun yang Baru

News19 hours ago

Menkomdigi Dorong Generasi Muda Jadi Pemain Teknologi AI Global

Sportechment19 hours ago

Resmi Jadi Tersangka, Nikita Mirzani Respon Begini

Ruang Sujud21 hours ago

Muhasabah: Refleksi Diri untuk Meningkatkan Kualitas Diri dan Mendekatkan Diri kepada Allah

News21 hours ago

Hasto Kristiyanto Sekjen PDIP Resmi Ditahan KPK

News23 hours ago

Mendikdasmen Tutup Liga Bulu Tangkis Kemendikdasmen Tahun 2025

News1 day ago

MUI Ajak Umat Islam Intensifkan Boikot Produk Israel Selama Ramadhan

News1 day ago

Islamophobia di Inggris Meningkat Pesat, Ada Apa?

News1 day ago

Boikot BDS Buat Perusahaan Apparel Batalkan Kontrak dengan Federasi Sepak Bola Israel

News1 day ago

Arab Saudi Larang Adanya Rekaman Untuk Ibadah Selama Ramadhan

News1 day ago

Erick Thohir Siap Sinergikan Database BUMN untuk Berantas PMI Ilegal

News1 day ago

Temui Presiden Ilham Aliyev, Puan Dorong Kerja Sama RI – Azerbaijan

Sportechment1 day ago

Setara Messi, Mo Salah Layak Menangi Ballon d’Or 2025