Monitorday.com – Presiden Joko Widodo meluncurkan skema perdagangan kredit karbon pertama di Indonesia pada 27 September 2023. Perdagangan ini jadi salah satu upaya Indonesia mencapai Net Zero Emission tahun 2060.
Skema ini dirancang untuk menjadi peluang ekonomi baru yang berkelanjutan. Hal ini juga sesuai dengan arah gerak dunia menuju ekonomi ramah lingkungan.
Pertukaran karbon ini memiliki potensi hingga USD200 miliar. Izin untuk satu ton CO2 saat ini dijual dengan harga sekitar USD4,50 di Indonesia, sementara di Uni Eropa harga yang berlaku saat ini adalah sekitar USD92.
Belum lama diresmikan, Jokowi langsung mengutus Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita untuk melakukan penjajakan perdagangan karbon ke negara-negara Eropa. Salah satu negara yang dikunjungi Menperin adalah Prancis.
“Saya berharap Prancis dapat menjadi bagian dari perubahan kami menuju masa depan yang lebih berkelanjutan,” kata Agus dalam keterangan tertulis yang diterima monitorday.com.
Dalam pertemuan dengan Minister Delegate for Foreign Trade, Economic Attractiveness and French Nationals Abroad Prancis, Olivier Becht, Agus mendorong agar Prancis dapat berpartisipasi dalam pendalaman struktur industri melalui investasi yang ditujukan untuk mengisi pohon-pohon industri yang masih kosong.
“Diharapkan dengan terisinya pohon-pohon industri ini, rantai nilai dari proses industri hulu ke hilir bisa memperkuat supply chain dan ekosistem industri di Indonesia,” kata Menperin.
Agus menyampaikan bahwa hal ini penting untuk membawa Indonesia menjadi negara dengan perekonomian tinggi pada tahun 2045. Menurutnya, kebijakan ini juga bernilai tambah tinggi, dan kunci bagi Indonesia menjadi bagian dari rantai pasokan global.
Untuk itu, Menperin mengundang Prancis untuk berinvestasi dan menjadi bagian dari perjalanan ini, yang dapat memberikan hasil yang tinggi sebagai pendatang awal di berbagai industri.
Dalam pertemuan tersebut, Menperin menyampaikan rencana pertemuan-pertemuan lainnya dengan para pelaku bisnis di Prancis dalam rangka menjalin kerja sama joint venture maupun capacity building yang akan memberikan manfaat bagi kedua pihak.
“Kami juga akan bertemu dengan perusahaan otomotif asal Prancis untuk bekerja sama dalam mengembangkan industri electric vehicle (EV),” papar Agus.