Monitorday.com – Para pemimpin studio besar Hollywood dilaporkan menggelar pertemuan virtual untuk merespons kebijakan tarif yang diumumkan Presiden Donald Trump terhadap film asing dan film yang diproduksi di luar Amerika Serikat.
Rapat yang berlangsung Jumat (9/5) itu dipimpin oleh Charles Rivkin, Kepala Motion Picture Association (MPA), asosiasi dagang yang mewakili kepentingan industri perfilman Amerika.
Pertemuan ini merupakan lanjutan dari diskusi awal yang dilakukan pada Senin (5/5), dan dihadiri oleh sekitar 20 eksekutif tingkat atas dari berbagai studio besar.
Di antaranya adalah Kepala Universal Pictures dan Kepala NBCUniversal Entertainment & Studios Donna Langley, Wakil Kepala Disney Entertainment Alan Bergman, Wakil CEO Paramount Global Brian Robbins, Kepala Amazon MGM Studios Mike Hopkins, serta Kepala Sony Pictures Entertainment Ravi Ahuja dan Kepala film Sony Pictures Tom Rothman. Juga hadir CEO Warner Bros. Discovery David Zaslav, Kepala film Warner Bros. Michael De Luca, dan Wakil CEO Netflix Ted Sarandos.
Dalam pertemuan itu, para pemimpin studio mencari cara untuk mengedukasi Gedung Putih mengenai kompleksitas industri film dan kesulitan menerapkan tarif pada produk yang tidak tergolong barang konvensional.
Mereka menekankan bahwa sebagian besar film dibuat di luar negeri karena kebutuhan cerita, efisiensi biaya produksi, serta untuk memanfaatkan subsidi dari negara lain dalam proses pascaproduksi seperti efek visual dan penyuntingan.
Meski demikian, para bos studio menyoroti bahwa banyak produksi film tetap dilakukan di dalam negeri, termasuk di negara bagian seperti Georgia, New Jersey, dan New York yang menawarkan insentif besar. Sebaliknya, California, sebagai pusat industri film, justru kalah bersaing karena tidak menawarkan tingkat subsidi yang serupa.
Mereka berharap dapat meyakinkan Trump bahwa kebijakan tarif ini justru dapat merugikan sektor industri dalam negeri, terutama di California. Para eksekutif juga berniat menyampaikan bahwa Amerika Serikat saat ini memiliki surplus perdagangan sebesar US$11 miliar dari ekspor film, yang menunjukkan bahwa sektor ini memberikan dampak ekonomi yang positif bagi negara.
Kendati Presiden Trump dikabarkan terbuka untuk bertemu dengan para kepala studio, hingga kini belum ada jadwal pertemuan resmi yang diumumkan. Sementara itu, masih terdapat kebingungan di kalangan industri mengenai cakupan tarif yang dimaksud—apakah hanya berlaku untuk film layar lebar, atau juga mencakup televisi dan layanan streaming.
Jika tarif diberlakukan secara luas, para pelaku industri khawatir hal ini akan menghancurkan model pembiayaan film dan menyebabkan penurunan produksi secara drastis.
Tak hanya itu, para pemimpin studio juga mengkhawatirkan potensi dampak lanjutan di tingkat global, yakni munculnya kebijakan serupa dari negara lain yang bisa mengenakan tarif balasan atau pajak tambahan terhadap film-film Hollywood, sehingga semakin mempersempit pasar ekspor mereka.