Monitorday.com – Kecantikan adalah anugerah dari Allah SWT yang patut disyukuri, tetapi ketika ditampakkan secara berlebihan di hadapan publik, ia bisa berubah menjadi fitnah. Inilah yang dimaksud dengan tabarruj, yaitu menampakkan perhiasan, tubuh, atau dandanan secara berlebihan sehingga menarik perhatian lawan jenis. Dalam Islam, tabarruj bukan hanya persoalan gaya, tetapi juga soal keamanan moral dan sosial.
Islam sangat menjaga kehormatan perempuan. Ketika perempuan memamerkan kecantikannya di ruang publik, hal itu dapat menimbulkan fitnah, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Dalam konteks ini, fitnah berarti ujian atau godaan yang bisa menyebabkan seseorang tergelincir dalam dosa. Oleh karena itu, Islam mewajibkan hijab dan mengatur etika berhias bagi perempuan agar tidak menjadi sumber kerusakan.
Nabi Muhammad SAW telah memperingatkan dalam sabdanya, “Aku tidak meninggalkan fitnah yang lebih membahayakan bagi laki-laki selain fitnah perempuan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menegaskan bahwa daya tarik perempuan yang tidak dijaga dapat menjadi sumber godaan besar bagi kaum laki-laki, sehingga menjadi sebab munculnya kemaksiatan dalam masyarakat.
Dampak negatif dari tabarruj bukan hanya pada aspek moral, tetapi juga pada kestabilan sosial. Ketika perempuan lebih mengutamakan penampilan luar dan mengejar validasi dari pandangan laki-laki asing, maka nilai-nilai keluarga, kesucian, dan kesetiaan bisa tergerus. Bahkan, tidak sedikit kasus perselingkuhan, pelecehan, hingga kekerasan seksual yang berawal dari tampilan yang memancing nafsu.
Di era media sosial, tabarruj semakin tak terbendung. Banyak perempuan yang dengan sengaja menampilkan wajah dan tubuh mereka dalam balutan make-up tebal atau busana yang menarik perhatian. Konten semacam ini sering viral, disukai, dan dikomentari, tanpa disadari memperkuat budaya pamer dan eksploitasi tubuh. Hal ini bukan hanya bertentangan dengan nilai Islam, tetapi juga merendahkan martabat perempuan itu sendiri.
Namun, Islam tidak mengekang perempuan untuk tampil baik. Justru Islam sangat mendorong kebersihan dan kerapian. Perbedaannya terletak pada niat dan konteks. Berhias untuk suami atau dalam lingkungan sesama perempuan adalah hal yang dianjurkan. Tapi jika berhias untuk mendapat pujian dari orang asing, itulah yang dikategorikan sebagai tabarruj dan dilarang.
Solusi dari bahaya tabarruj adalah dengan menanamkan kesadaran bahwa kecantikan sejati adalah kecantikan hati. Ketika seorang perempuan fokus memperbaiki akhlaknya, memperdalam ilmunya, dan menjaga aurat serta kesopanan, maka ia akan menjadi teladan yang diridhai Allah dan dihormati masyarakat. Kecantikan fisik itu fana, tapi kecantikan iman akan abadi.
Sebagai penutup, marilah kita renungkan bahwa menjaga diri dari tabarruj bukan berarti menolak menjadi cantik, tetapi memilih untuk menjadi cantik dengan cara yang benar. Jangan biarkan kecantikan menjadi sumber fitnah, tapi jadikan ia sebagai jalan menuju ridha Allah dan kemuliaan hidup.