Monitorday.com – Bonus demografi hanya terjadi sekali, jika Indonesia berhasil memanfaatkannya, maka cita-cita Indonesia emas bisa terwujud, namun jika tidak, Indonesia akan menjadi yang negara gagal. Karenanya bonus demografi ini bisa menjadi rahmat dan bisa juga menjadi bencana.
Demikian dikatakan Komisaris Independen PT Jamkrindo, Muchlas Rowi saat menjadi pembicara dalam acara Hut Muda Pro I, bertajuk “Pemuda Profesional Menyongsong Indonesia Emas 2045” pada Sabtu, (28/10).
Menurut Muchlas, dalam menyambut bonus demografi, para anak muda harus memiliki self-confident yang tinggi agar bisa bersaing di masa yang akan datang. Anak muda tidak boleh memiliki jiwa inferior dalam menghadapi tantangan kedepan.
Muchlas mencontohkan bagaimana Presiden Joko Widodo (Jokowi) memiliki keberanian untuk memulai, dan mindset yang baik dalam meyakinkan bahwa Indonesia pun bisa menjadi negara yang maju.
“Kita misalnya lihat pak Jokowi yang waktu itu berani memulai membangun MRT. Padahal itu wacananya sudah dari zaman Pak Harto. Dulu bernama subway, tapi tidak dieksekusi, karena dibilang tekstur tanah kita, terutama di Jakarta ngga mendukung,” kata Muchlas.
“Tapi anggapan itu dipatahkan oleh Pak Jokowi, ketika berani memulai bangun MRT. Dan sekarang berhasil, tidak pernah ada kejadian apa-apa. Jakarta sekarang punya transportasi modern, bahkan kita lihat lebih bagus dari yang ada di Eropa,” lanjutnya.
Menurut Muchlas, kepercayaan diri untuk memulai seperti itulah yang harus dilakukan. Apa yang sudah dimulai Presiden Jokowi tersebut harus ditularkan untuk menyambut bonus demografi ini.
“Lihat sekarang, infrastruktur di daerah-daerah sudah bagus. Apalagi di Jakarta. Dulu kita kagum melihat Singapura, tapi sekarang kita sudah bangga melihat kemajuan negara sendiri. Dan itu hasil dari sebuah kepercayaan diri bahwa kita itu bisa,” kata Muchlas.
Soal kepercayaan diri, Founder Monday Media Group ini pun membagikan ceritanya yang dulu berkuliah jurusan filsafat. Jurusan yang kerap dianggap tidak favorit, karena akan sulit memasuki dunia kerja.
“Kuliah jurusan filsafat tidak tahu apa yang dikerjakan. Bahkan setelah lulus disebut menambah catatan pengangguran. Makanya saya berani coba masuk lewat wirausaha, dan di situlah berhasil. Dan sampai sekarang belum pernah sekalipun membuat surat lamaran kerja. Jadi harus pede aja, jangan merasa inferior,” tutur Muchlas.