PADA suatu hari, Amirul Mukminin Umar bin Khattab pulang ke rumahnya. Sesampainya di sana, didapatinya kain sajadah yang panjangnya tidak lebih dari satu setengah meter.
Umar kemudian menanyakan perihal kain itu kepada istrinya, Atikah, “Dari mana kauperoleh kain itu?”
“Hadiah untuk kita dari Abu Musa Asy’ari,” ujarnya.
Abu Musa? Panggil kemari!” suruh Umar.
Abu Musa pun datang, sementara hatinya sangat cemas. Setelah dekat, ia melihat sajadah Itu di tangan Umar serta tindak-tanduknya yang seakan hendak menerkamnya, Abu Musa berusaha untuk mendahului pembicaraan.
Abu Musa pun berkata, “Janganlah Anda terburu-buru menyalahkan saya, hai Amirul Mukminin!”
Namun Umar mendahuluinya dan memukulkan sajadah Itu ke kepalanya seraya berkata, “Apa yang mendorongmu untuk memberi kami hadiah? Ambil kembali, karena kami tidak membutuhkannya,”
Mungkin bagi sebagian para pejabat, itu sebuah tindakan yang sedikit mustahil. Dan alhasil suap-menyuap yang terselubung sudah menjadi budaya bagi mereka.
Dalam sebuah hadits, Nabi bersabda, “Allah melaknat penyuap, penerima suap, dan yang memberi peluang bagi mereka.” (HR Ahmad) []