Ruang Sujud
Mewaspadai Hawa Nafsu Berkedok Cinta
Published
1 year agoon
By
Robby KarmanCinta dan nafsu seringkali disalahartikan dan dicampuradukkan dalam kehidupan manusia. Hari Kasih Sayang, yang seharusnya menjadi momen ungkapan cinta dan kasih, kadangkala disalahgunakan sebagai topeng untuk pelampiasan nafsu. Sebagai makhluk sosial, manusia cenderung merayakan hubungan romantis sebagai ekspresi cinta, tetapi seringkali itu hanyalah penyalahgunaan istilah “cinta.” Sebagian orang mungkin berbicara tentang kasih sayang, namun tanpa memberikan perhatian yang tepat kepada orangtua mereka. Mereka mungkin mengklaim bahwa mereka mencintai seseorang, tetapi dalam realitasnya, mereka hanya terfokus pada kenikmatan sementara tanpa memikirkan tanggung jawab di masa depan.
Cinta sejati seharusnya lebih dalam daripada sekadar emosi dan nafsu. Cinta sejati diperlambangkan dengan ketulusan, kesetiaan, dan perhatian yang tulus. Sebaliknya, nafsu seringkali termanifestasi dalam hasrat fisik semata, tanpa perasaan tanggung jawab. Analogi cokelat yang mudah meleleh dan bunga yang layu adalah gambaran yang tepat untuk melukiskan nafsu yang sementara dan tidak memiliki keabadian.
Dalam konteks Islam, cinta dan kasih sayang harus dijalani dengan penuh ketaatan, keseriusan, dan kesungguhan. Hubungan antara lelaki dan wanita dalam Islam diatur oleh prinsip-prinsip moral dan etika yang tinggi. Cinta sejati dalam Islam adalah cinta yang diberkahi Allah, yang datang ketika individu menjalani kehidupan dengan penuh ketaatan kepada-Nya.
Adalah penting untuk memahami bahwa dalam Islam, hubungan antara lelaki dan wanita di luar pernikahan adalah dianggap sebagai maksiat. Allah telah memberikan pedoman yang jelas dalam Al-Qur’an dan Hadis tentang bagaimana hubungan antara lelaki dan wanita harus dijalani. Ini bukan hanya aturan untuk menghormati nilai kesucian, tetapi juga untuk melindungi kehormatan dan martabat individu.
Kisah-kisah dari masa lalu dalam Islam mencerminkan pentingnya menjaga kesucian diri. Maryam, yang dikenal karena kemuliaannya, adalah contoh dari seorang wanita yang mampu menjaga dirinya dari lelaki asing. Demikian juga Aisyah, istri Rasulullah, dijaga oleh Allah dari tuduhan yang tak pantas. Ini menunjukkan pentingnya menjaga kehormatan dan menjauhi perilaku yang tidak pantas dalam hubungan antara lelaki dan wanita.
Namun, sangat disayangkan bahwa dalam masyarakat saat ini, banyak muslimah yang rentan terhadap perlakuan yang tidak senonoh. Terlalu sering, wanita dipegang dan disentuh oleh lelaki dengan alasan pacaran, yang sebenarnya hanya topeng dari nafsu yang tidak terkendali. Dalam Islam, ini adalah pelanggaran serius terhadap nilai-nilai moral yang tinggi.
Cinta sejati, dalam konsep Islam, telah ditata dalam ikatan pernikahan yang sah. Pernikahan adalah tempat di mana cinta sejati berakar dan berkembang. Pernikahan memungkinkan pasangan untuk menjalani cinta dengan penuh tanggung jawab, kesetiaan, dan ketulusan. Cinta yang dijalani dengan cara yang benar adalah jalan menuju surga, yang dijanjikan oleh Allah kepada pasangan yang menjalani hubungan dalam kepatuhan kepada-Nya.
Dalam kesimpulan, penting untuk memahami perbedaan antara cinta sejati dan nafsu dalam konteks Islam. Cinta yang sejati adalah cinta yang muncul dari ketaatan kepada Allah, yang dijalani dengan penuh tanggung jawab dan kesetiaan dalam ikatan pernikahan. Sementara nafsu seringkali menggoda individu untuk menjalani hubungan yang tidak pantas, cinta sejati dalam Islam adalah jalan menuju surga dan kebahagiaan yang abadi. Oleh karena itu, sebagai umat Islam, kita harus selalu mengingatkan diri kita sendiri tentang nilai-nilai etika dan moral yang tinggi yang telah ditetapkan oleh agama kita, dan menjalani cinta dengan cara yang benar, dalam kepatuhan kepada Allah.