Monitorday.com – Erdogan menyerukan agar negara-negara Islam membentuk aliansi melawan ancaman dari ‘Israel’.
Dia mengecam pembunuhan aktivis HAM Turki-Amerika oleh pasukan ‘Israel’ dalam demonstrasi di Tepi Barat.
Erdogan menyatakan bahwa aliansi Islam adalah cara menghentikan arogansi dan terorisme negara ‘Israel’.
Erdogan menjelaskan hubungan Turki dengan Mesir dan Suriah bertujuan membangun solidaritas melawan ancaman ekspansionisme.
Pada 4 September 2024, Erdogan menyambut kedatangan Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi di Ankara.
Ini adalah kunjungan pertama Al-Sisi sejak menggulingkan pemerintahan Mursi di Mesir.
Erdogan menyatakan bahwa Turki mungkin akan mengundang Bashar al-Assad untuk membicarakan pemulihan hubungan.
Pemulihan hubungan Turki dengan negara-negara mayoritas Islam membuat ‘Israel’ kesal.
Menteri Luar Negeri ‘Israel’ menuduh Erdogan bekerja sama dengan Iran untuk melawan rezim Arab moderat.
Pada pertemuan itu, Turki dan Mesir menandatangani 17 kesepakatan yang sebagian besar terkait perdagangan.
Kedua pemimpin juga membahas solusi kemanusiaan untuk wilayah Palestina yang terkepung.
Pertemuan tersebut menandai era baru dalam hubungan antara Turki dan Mesir setelah konflik panjang.
Reporter Al-Jazeera menilai tantangan geopolitik memaksa kedua negara untuk bersatu.
Sebelumnya, hubungan Turki dan Mesir membeku sejak 2013 setelah penggulingan Mursi oleh Al-Sisi.
Erdogan pernah menyatakan bahwa ia tidak akan berbicara dengan pemimpin seperti Al-Sisi.
Di Mesir, Turki dianggap sebagai musuh utama karena mendukung Ikhwanul Muslimin.
Kedua negara sempat saling mengusir duta besar mereka setelah memutuskan hubungan.
Banyak oposisi Mesir mencari perlindungan di Turki dan mengoperasikan saluran televisi protes.
Media Mesir mendukung upaya kudeta di Turki pada tahun 2016 dan menyayangkan kegagalannya.
Meski hubungan renggang, perdagangan antara Turki dan Mesir terus berlangsung hingga sekarang.