Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan, menyatakan kesiapannya untuk mengakui eksistensi Israel, asalkan Palestina mendapatkan status negara merdeka. Pernyataan tersebut disampaikan saat berpartisipasi dalam pertemuan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, pada Selasa (16/1/2024).
Menurut Pangeran Faisal, kemerdekaan Palestina dianggap sebagai kunci penting menuju perdamaian regional.
“Kami sepakat bahwa perdamaian regional mencakup perdamaian bagi Israel. Namun hal itu hanya dapat terjadi melalui perdamaian bagi Palestina melalui negara Palestina,” ujarnya.
Ketika ditanya apakah Arab Saudi akan mengakui Israel sebagai bagian dari perjanjian politik yang lebih luas, Pangeran Faisal menegaskan, “Tentu saja.”
Ia juga menambahkan bahwa menjaga perdamaian regional melalui pembentukan negara Palestina adalah upaya bersama dengan pemerintah Amerika Serikat (AS), khususnya dalam konteks Gaza.
Pada wawancara radio dengan BBC pada 9 Januari 2024, Duta Besar Arab Saudi untuk Inggris, Pangeran Khalid bin Bandar, mengungkapkan bahwa Arab Saudi hampir mencapai kesepakatan normalisasi diplomatik dengan Israel sebelum pecahnya perang di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023.
“Kesepakatan normalisasi sudah dekat, tidak ada keraguan,” katanya.
Meski demikian, Pangeran Khalid menyatakan bahwa pembicaraan normalisasi dihentikan setelah pecahnya perang di Gaza. Namun, Arab Saudi tetap yakin untuk membangun hubungan dengan Israel tanpa mengorbankan rakyat Palestina.
“Normalisasi tidak akan merugikan rakyat Palestina,” tegasnya.
Pangeran Khalid menekankan bahwa meskipun terdapat minat dari para pemimpin Arab Saudi untuk membangun hubungan resmi dengan Israel, negara tersebut tetap mendukung kemerdekaan Palestina.
“Kami hampir mencapai normalisasi, oleh karena itu dekat dengan negara Palestina. Yang satu tidak akan terjadi tanpa yang lain. Urutannya, bagaimana pengelolaannya, itulah yang sedang dibahas,” ungkapnya.
Pada 8 Januari 2024, Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, menerima Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, di Al Ula.
Selain membahas situasi di Jalur Gaza, mereka juga membicarakan potensi normalisasi diplomatik Saudi-Israel. Blinken menyatakan bahwa normalisasi memerlukan akhirnya konflik di Gaza dan perlunya jalan praktis menuju negara Palestina.
“Ada kepentingan yang jelas di kawasan ini untuk mencapai hal tersebut,” kata Blinken.
Sebelum perang di Gaza, isu normalisasi antara Arab Saudi dan Israel sudah menjadi topik hangat, dengan Pangeran Mohammed bin Salman mengakui adanya pembicaraan tersebut secara terbuka.