Monitorday.com – Sebagian masyarakat Indonesia, terutama di Jawa hingga saat ini masih memperingati Rebo Wekasan, atau tradisi perayaan Rabu terakhir bulan Safar.
Di tahun ini, Rebo Wekasan jatuh pada Rabu, 27 Safar 1445 H dan bertepatan tanggal 13 September 2023. Umumnya ada beberapa ritual yang dilakukan masyarakat untuk menolak bala atau musibah saat Rebo Wekasan.
Ternyata tradisi ini bermula dari zaman kuno dalam sejarah Islam. Jadi, masyarakat jahiliyah kuno, termasuk bangsa Arab memang kerap mengatakan bahwa bulan Shafar adalah bulan sial.
Imam Al-Bagawi dalam tafsir Ma’alim al-Tanzil menyebut dalam tafsirnya bahwa azab dahsyat kepada kaum Ad terjadi pada hari rabu terakhir bulan shafar. Hal seperti yang tercantum dalam QS al-Qamar (54:18-20).
Namun ini pun hanya untuk menunjukkan bahwa kejadian itu bertepatan dengan Rabu pada Shafar dan tidak menunjukkan bahwa hari itu adalah kesialan.
Selain itu, terdapat juga sebuah hadis yang terindikasi doif yang menjelaskan bahwa setiap hari Rabu terakhir dari setiap bulan adalah hari naas atau sial.
Tradisi Rebo Wekasan ini juga mungkin diambil dari pandangan Abdul Hamid Quds dalam kitabnya Kanzun NajahWas–SururfiFadhailAl–Azminahwash–Shuhur.
Dalam kitab bersebut dijelaskan bahwa banyak para Wali Allah yang mempunyai pengetahuan spiritual yang tinggi mengatakan bahwa pada setiap tahun, Allah menurunkan 320.000 macam bala bencana ke bumi dan semua itu pertama kali terjadi pada hari Rabu terakhir di bulan Shafar.
Oleh sebab itu hari tersebut menjadi hari yang terberat di sepanjang tahun. Maka untuk menghindarinya, perlu dilakukan amalan-amalan sunnah.
Antara lain melakukan shalat 4 rakaat (nawafil, sunnah), di mana setiap rakaat setelah al-Fatihah dibaca surat al-Kautsar 17 kali lalu surat al-Ikhlash 5 kali, surat al-Falaq dan surat an-Naas masing-masing sekali; lalu setelah salam membaca doa.
“(Dengan melakukan itu) maka Allah dengan kemurahan-Nya akan menjaga orang yang bersangkutan dari semua bala bencana yang turun di hari itu sampai sempurna setahun,” demikian pandangan Abdul Hamid Quds, sebagaimana dikutip dari nu online.
Namun meski demikian, para ulama menyebut bahwa tidak ada hari sial, karena semua hari dan bulan pada dasarnya baik menurut pandangan Islam.
KH. Abdul Kholik Mustaqim, Pengasuh Pesantren al-Wardiyah Tambakberas Jombang, menyebutkan bahwa tidak ada nash hadits khusus untuk akhir Rabu bulan Shafar.
Hadits yang ada hanya nash hadits dhaif yang menjelaskan bahwa setiap hari Rabu terakhir dari setiap bulan adalah hari naas atau sial yang terus menerus, dan hadits dla’if ini tidak bisa dibuat pijakan kepercayaan.
Selain itu, menurut Kyai Kholik, tidak ada anjuran ibadah khusus dari syara’. Ada anjuran dari sebagian ulama tasawwuf namun landasannya belum bisa dikategorikan hujjah secara syar’i.