News
Badan Pangan Dunia Optimistis dengan Masa Depan Sektor Kelautan dan Perikanan Indonesia
Published
10 months agoon
Monitorday.com – Penerapan program ekonomi biru dalam pengelolaan sektor keluatan dan perikanan Indonesia dinilai sudah tepat untuk kepentingan ekologi, ketahanan pangan, serta pertumbuhan ekonomi negara di masa depan.
Kepala Perwakilan Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa /FAO untuk Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal menyebut, program ekonomi biru dapat menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan yang maju di masa depan.
Meski pelaksanaannya akan menghadapi banyak tantangan lantaran konsep ini masih tergolong baru di masyarakat. Kendati demikian, FAO diakuinya siap mendukung Indonesia di antaranya melalui program yang sudah berjalan yakni Indonesia Seas Large Marine Ecosystem (ISLME) dan IFish.
“Ada beberapa kolaborasi yang telah dilakukan dengan Indonesia di bidang perikanan tangkap dan budidaya darat. Beberapa good practice pun telah dilakukan dengan baik,” ujar Rajendra saat menjadi panelist dalam Indonesia Marine and Fisheries Business Forum (IMFBF) 2024 yang digelar Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Jakarta, Senin (5/2/2024).
Program ekonomi biru sektor kelautan dan perikanan Indonesia tertuang dalam lima agenda besar. Program ini untuk memastikan pemanfaatan sumber daya perikanan dilakukan secara bertanggung jawab sehingga keberlanjutan ekosistem di dalamnya tetap terjaga.
Lima program ekonomi biru yang digagas KKP mencakup perluasan kawasan konservasi laut, penerapan kebijakan penangkapan ikan terukur, pembangunan budidaya perikanan di darat, pesisir, dan laut secara berkelanjutan, pengendalian dan pengawasan pemanfaatan pesisir dan pulau-pulau kecil, serta penanganan sampah plastik di laut.
Direktur Pengembangan dan Pengendalian Usaha ID Food Dirgayuza Setiawan yang juga menjadi panelist IMFBF 2024, mengatakan pentingnya peran tata kelola kelautan dan perikanan berkelanjutan dalam pembangunan hilirisasi sektor tersebut.
Hilirisasi merupakan langkah strategis untuk meningkatkan nilai tambah produk yang dihasilkan dan sebagai bagian dari upaya menjaga ketahanan pangan.
Pihaknya saat ini tengah mendorong hilirisasi dan digitalisasi pemasaran produk kelautan dan perikanan. Langkah KKP menetapkan lima komoditas utama produk kelautan dan perikanan (udang, lobster, kepiting, rumput laut, dan tilapia), diakuinya juga menjadi kunci keberhasilan hilirisasi.
“Dalam upaya hilirisasi perlunya fokus pada pengembangan komoditas unggulan, dan itulah dilakukan baik di KKP maupun di ID Food. Jika di KKP dengan lima komoditas, di ID Food untuk delapan komoditas perikanan,” ujar Dirgayuza.
Potensi kelautan dan perikanan yang cukup besar disertai kepastian tata kelola yang berkelanjutan, juga dinilai menjadi daya tarik terdiri bagi investor untuk berinvestasi.
Presiden Director Indonesia Evergreen Group Tina Maria meyakini Indonesia bahkan bisa menjadi pemain besar di bidang kelautan dan perikanan di kancah global.
“Indonesia punya banyak sumber daya kelautan dan perikanan yang dimanfaatkan secara optimal. Indonesia merupakan salah satu negara produsen seafood terbesar di dunia,” ungkapnya.
Pelaksanaan program ekonomi biru di Indonesia akan disertai dengan penguatan infrastruktur teknologi. Di antaranya teknologi satelit, penggunan drone laut, hingga teknologi di bidang budidaya perikanan.
Peranan teknologi untuk memperkuat sistem pengawasan dari praktik illegal unreported unregulated fishing (IUUF), pengolahan data, serta memantau kondisi ekosistem perairan. Selain itu, teknologi dipakai untuk membantu meningkatkan produksi perikanan yang berkualitas.
Chairman of Rynan Technologies Vietnam Joint Stock Company MY.T. Nguyen mengakui pentingnya peran teknologi dalam meningkatkan produktivitas perikanan. Hal inilah yang menjadi salah satu kunci sukses keberhasilan Vietnam menjadi pemain penting di pasar perikanan global.
“Saya berharap Indonesia melanjutkan transformasi sektor kelautan dan perikanan serta industrinya. Salah satu yang perlu terus didorong adalah upaya mencari sumber alternatif untuk pakan,” urainya.
Sementara itu, Direktur Divisi Perencanaan Komisi Sungai Mekong (MRC) Theerawat Samphawamana menceritakan peran penting Sungai Mekong dan pengelolaan yang berkelanjutan oleh negara-negara yang selama ini memanfaatkan sungai tersebut.
Sungai yang melintasi Tiongkok, Myanmar, Laos, Kamboja, Thailand, dan Vietnam ini menjadi sumber penghidupan masyarat dan penggerak ekonomi dan menjaga ketahanan pangan masyarakat. Kegiatan perikanan di sungai ini salah satunya budidaya ikan air tawar.
“Kami mengembangkan guideline sebagai instrumen dan pedomanan dalam pemanfaatan dan seluruh aktivitas ekonomi di Sungai Mekong,” akunya.
Sebagai informasi, IMFBF 2024 digelar KKP untuk mempromosikan pengelolaan sektor kelautan dan perikanan yang berkelanjutan melalui lima program ekonomi biru. Pengelolaan ini membawa peluang investasi yang cukup besar untuk mendorong pembangunan sektor kelautan dan perikanan Indonesia yang lebih maju.
IMFBF 2024 dihadiri ratusan peserta dari berbagai kalangan dari dalam dan luar negeri. Seperti para duta besar, organisasi internasional dan lokal, akademisi, serta para pelaku usaha dari berbagai daerah di Indonesia.