Monitorday.com – Di era kecerdasan artifisial (AI), ancaman siber semakin canggih dan sulit dideteksi. Salah satu langkah antisipatif terbaru datang dari Gmail, yang meminta penggunanya untuk mengganti alamat email mereka mulai tahun ini. Seruan ini terkait meningkatnya ancaman serangan phishing dan penggunaan teknologi deepfake yang kian meresahkan.
Menurut McAfee, perusahaan keamanan siber terkemuka, pelaku kejahatan siber kini memanfaatkan AI untuk menciptakan konten palsu, seperti video dan rekaman audio yang tampak sangat realistis. “Penipu menggunakan kecerdasan buatan untuk membuat video atau rekaman palsu yang berpura-pura menjadi konten asli,” ujar McAfee seperti dikutip Forbes.
Dengan akses yang semakin mudah dan murah ke teknologi deepfake, bahkan individu tanpa pengalaman teknis dapat menciptakan konten yang tampak otentik. Hal ini memberikan peluang besar bagi penjahat untuk menipu korban dan mencuri data pribadi mereka. Gmail, dengan 2,5 miliar pengguna global, menjadi salah satu target utama karena banyaknya informasi sensitif yang tersimpan di dalamnya.
Tidak hanya itu, Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat juga telah mendeteksi pola serangan berbasis notifikasi Google Calendar yang memanfaatkan Gmail. Pola ini dirancang untuk membuat pengguna percaya bahwa mereka sedang menerima notifikasi resmi dari Google, padahal itu hanyalah jebakan phishing.
Salah satu contoh serangan ini dialami oleh Sam Mitrovic, seorang konsultan keamanan Microsoft. Penyerang berpura-pura menjadi tim dukungan Google, menggunakan nomor telepon yang tampak valid. Bahkan, mereka mengirimkan email dengan detail yang tampak sah, tetapi Mitrovic dengan cepat menyadari kejanggalannya. Email tersebut ditujukan ke alamat palsu yang sebenarnya tidak terkait dengan Google.
Kasus seperti ini menunjukkan bagaimana penyerangan siber kini menjadi semakin rumit dan cerdas. Pengguna yang kurang berpengalaman sangat rentan menjadi korban, terutama dengan trik yang dirancang menyerupai proses pemulihan akun resmi.
Langkah mengganti alamat email ini diharapkan dapat mengurangi risiko bagi pengguna Gmail. Selain itu, McAfee menekankan pentingnya kewaspadaan, seperti memeriksa detail email, menghindari memberikan informasi pribadi kepada penelepon tak dikenal, dan menggunakan autentikasi dua faktor untuk melindungi akun.
Namun, para ahli memperingatkan bahwa perubahan alamat email saja tidak cukup. Pengguna juga perlu meningkatkan literasi digital mereka untuk mengenali ancaman baru berbasis AI. Dengan serangan deepfake yang semakin meluas, proteksi data pribadi harus menjadi prioritas utama bagi setiap pengguna internet.
Keamanan dunia maya kini memasuki babak baru, dan semua pihak, mulai dari penyedia layanan hingga pengguna, harus bekerja sama untuk menghadapi ancaman yang semakin canggih ini.