Review
Benarkah Presiden Ingkar Janji Soal Kesejahteraan Guru?
Published
6 months agoon
By
Robby Karman
Monitorday.com – Hari Guru Nasional Tahun 2024 diperingati dengan gembira. Momentum ini bertepatan dengan 100 hari pertama pemerintahan Kabinet Merah Putih di bawah nakhoda Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Hal yang paling ditunggu-tunggu dalam Peringatan HGN tahun ini adalah pengumuman terkait peningkatan kesejahteraan guru. Sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh guru di seluruh Indonesia.
Dalam pidatonya, Presiden Prabowo menyebutkan beberapa program dalam rangka peningkatan kesejahteraan guru. Guru ASN yang sudah tersertifikasi mendapat tambahan kesejahteraan sebesar 1 kali gaji pokok, guru non ASN yang sudah tersertifikasi mendapat kenaikan tunjangan profesi dari 1,5 juta rupiah menjadi 2 juta rupiah per bulan.
Tahun 2025, direncakanan 1,9 juta akan tersertifikasi, bertambah 600 ribu guru dari tahun 2024. Anggaran tahun 2025 naik 16,7 triliun untuk kesejahteraan guru. Lalu pada tahun 2025 juga akan diadakan Pendidikan Profesi Guru untuk 806.486 untuk guru ASN dan non ASN yang telah memenuhi kualifikasi pendidikan D4/S1.
Adapun bagi 249.623 guru yang belum berpendidikan D4/S1 secara bertahap akan diberikan bantuan pendidikan untuk melanjutkan studi ke jenjang D4/S1. Pemerintah juga menurut Presiden sedang membahas bantuan langsung tunai untuk guru yang belum mendapatkan sertifikasi. Data guru-guru tersebut sedang dihitung oleh Badan Pusat Statistik berdasarkan nama dan alamat.
Setelah pidato tersebut, tidak semua pihak senang atau gembira menyambutnya. Sebagian warganet justru merasa kecewa karena dianggap tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Dalam bayangan sebagian warganet, bentuk peningkatan kesejahteraan guru adalah semua guru diberi tambahan gaji 2 juta per bulan.
Tentu saja di kekecewaan tersebut sah-sah saja disampaikan. Di akhir pidatonya, Presiden Prabowo pun meminta maaf jika memang belum benar-benar bisa memenuhi harapan semua pihak dan meminta juga agar para guru bersabar.
Namun kritik tersebut tidak sepenuhnya valid. Barangkali yang diumumkan memang agak berbeda dengan yang diharapkan. Tapi jika kita mau melihat secara objektif, hal ini tidak bisa menafikan bahwa kebijakan peningkatan kesejahteraan guru tetap terlaksana. Artinya presiden tidak ingkar janji soal peningkatan guru, hanya metodenya saja yang tidak sama dengan harapan sebagian pihak.
Kritik lain yang muncul adalah terkait dengan adanya kesamaan kebijakan Presiden Prabowo dengan presiden sebelumnya. Misalnya terkait dengan tunjangan 1 kali gaji untuk guru ASN tersertifikasi dan juga Pendidikan Profesi Guru. Hal ini sudah ada dari zaman Presiden SBY, tidak ada yang baru dari kebijakan Presiden Prabowo, kata mereka.
Hal ini menurut penulis tidak sepenuhnya benar juga. Adanya kontinuitas atau keberlanjutan dari program terdahulu bukanlah sebuah masalah. Yang tak boleh diabaikan adalah walaupun program tersebut bukan program baru, namun jumlah guru yang tersertifikasi akan ditambah sebanyak 600.000 guru pada tahun 2025.
Pihak yang mengkritik juga seolah mengabaikan program lain terkait kesejahteraan guru berupa peningkatan APBN untuk kesejahteraan guru, bantuan studi D4/S1 dan rencana bantuan langsung tunai untuk guru non sertifikasi yang masih dalam tahap kajian.
Terakhir, penulis tentu saja mengajak kita agar mengawal bersama-sama kebijakan terkait dengan kesejahteraan guru, namun tidak dengan mudah menghakimi upaya-upaya yang sedang dilakukan pemerintah. Penulis juga melihat bahwa peningkatan kesejahteraan guru memerlukan proses yang tidak singkat, tugas kita sebagai masyarakat adalah mengawasi agar dalam prosesnya tidak terjadi penyimpangan.
Mungkin Kamu Suka
Review
Tangis Megawati untuk MK dan KPK
Megawati sedih melihat kondisi MK dan KPK, dua lembaga yang ia dirikan, kini menghadapi tantangan berat. Ia mengajak audiens berani dan mandiri mempertahankan nilai lembaga tersebut.

Published
18 hours agoon
15/05/2025By
Natsir Amir
Monitorday.com – Presiden kelima Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri, meluapkan kesedihan mendalam atas kondisi dua lembaga negara yang ia dirikan: Mahkamah Konstitusi (MK) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ungkapan ini ia sampaikan secara lugas dan penuh perasaan saat hadir dalam peluncuran buku ‘Pengantar Pemahaman Konsepsi Dasar Sekitar Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI)’ di Kantor BRIN pada Rabu, 14 Mei 2025.
Dengan nada yang kuat dan sedikit canda, Megawati berkata, “Kenapa sih saya bikin MK? Kenapa sih saya bikin KPK? Saya loh, boleh sombong, saya yang bikin.” Namun kemudian, rasa sedih tak mampu ia sembunyikan, mengingat lembaga-lembaga tersebut tengah menghadapi ujian berat yang tak ringan. Ucapan tersebut pun mengundang tepuk tangan dari para peserta yang hadir.
Meski tak merinci penyebab kesedihannya, Megawati menegaskan agar para hadirin tak malu atau ragu memberikan dukungan melalui tepuk tangan. “Jangan takut-takut. Kelihatan kan ragu, oh kok yang lain enggak tepuk. Jangan Bu, kemandirian itu namanya,” ujarnya, seolah mengajak semua untuk berani menunjukkan sikap dan semangat yang mandiri.
Ia juga menyoroti sikap pasif audiens saat pidatonya berlangsung. Megawati merasa heran dan agak kecewa karena ketenangan yang terlalu hening di ruang itu, berbeda jauh dengan suasana yang biasa ia hadapi dalam forum partai politiknya. “Saya tuh ingin, apa ya, saya kalau disuruh gini-gini tuh suka mikir, saya suka malas, kayaknya audiensnya cuma diam,” ujarnya sambil bercanda.
Tak lupa, Megawati mengekspresikan semangat khasnya yang berapi-api dengan seruan penuh semangat, “Oh kalau di partai saya, saya teriak, merdeka, merdeka, merdeka. Loh di sini malu, nanti Aku dipikir wong edan, merdeka enggak dijawab.” Kalimat ini menggambarkan kerinduan Megawati terhadap kegairahan dan keberanian dalam memperjuangkan nilai-nilai kemerdekaan dan keadilan, terutama dalam konteks lembaga negara yang sangat vital bagi demokrasi Indonesia.
Pernyataan Megawati ini menjadi cermin tajam terhadap kondisi MK dan KPK yang tengah diuji oleh dinamika politik dan tantangan integritas. Sebagai pendiri lembaga-lembaga tersebut, kritik dan kesedihan Megawati menegaskan bahwa peran dan fungsi MK serta KPK tak bisa dikesampingkan begitu saja, apalagi dibiarkan surut dalam bayang-bayang konflik dan tekanan.
Di tengah situasi yang kompleks itu, seruan Megawati untuk kemandirian dan keberanian menjadi panggilan agar semua pihak, termasuk masyarakat dan aparat negara, tetap teguh menjaga dan memperkuat eksistensi lembaga-lembaga kunci ini demi masa depan demokrasi dan keadilan di Indonesia.
Review
Wisuda SMK CBM Purwokerto: Parody Hollywood Sonoan Dikit

Published
3 days agoon
12/05/2025By
Natsir Amir
Monitorday.com – Saat dunia pendidikan semakin terjebak dalam kemewahan yang tak perlu, SMK Citra Bangsa Mandiri (CBM) di Purwokerto justru berhasil mencuri perhatian lewat sebuah acara wisuda yang lebih mirip pertunjukan teater daripada prosesi kelulusan. Inilah yang terjadi ketika SMK mencoba mengimitasi gaya perguruan tinggi tanpa tahu artinya.
Baru-baru ini, sebuah video viral di TikTok mengungkapkan acara wisuda yang digelar oleh SMK Citra Bangsa Mandiri (CBM) di Purwokerto. Video tersebut menunjukkan para siswa mengenakan toga lengkap dengan selempang, sementara guru-guru mereka juga tak kalah heboh dengan mengenakan jubah profesor kampus. Aksi mereka hingga mengundang komentar dari netizen yang maha kuasa dari akun official https://www.youtube.com/watch?v=aBvmNxTsPY0

Menariknya, di tengah ketidaklaziman ini, prosesi pemindahan tali toga yang biasanya identik dengan perguruan tinggi, dilakukan tanpa malu-malu. Sebuah kecelakaan pendidikan yang tak bisa dihindari, atau bisa dibilang, kegilaan dalam segala bentuknya.
Acara ini, yang terlihat seperti produksi film Hollywood berbudget tinggi, mengundang beragam reaksi dari masyarakat. Beberapa warganet mencibir, menganggap acara ini terlalu mewah dan dramatis untuk sebuah sekolah menengah kejuruan. Apakah ini acara wisuda atau festival film? Tak pelak, video ini menyulut perdebatan panjang di media sosial.
Ada yang heran, ada yang tertawa, dan tak sedikit yang bertanya-tanya apakah pemindahan tali toga tersebut sengaja dibuat untuk membuat siswa SMK merasa seolah-olah mereka baru saja mendapatkan gelar sarjana.
Sungguh, siapa yang butuh makna simbolis kalau kita bisa membuat acara yang serba megah? Sepertinya SMK Citra Bangsa Mandiri berpikir bahwa jika ingin terlihat penting, kita harus mengesampingkan konteks dan hanya berfokus pada kemewahan semata. Lantas, muncul pertanyaan besar: apakah para guru di SMK ini tahu betul makna dari simbol pemindahan tali toga itu? Atau mereka hanya sekadar ikut-ikutan mengikuti trend tanpa memahami esensinya? Tidak sedikit warganet yang mempertanyakan apakah mereka benar-benar memahami pentingnya simbol itu, atau apakah acara ini hanya sekadar kebanggaan semu.
Meskipun acara ini diwarnai dengan komentar pedas dan cemoohan, tak bisa dipungkiri bahwa fenomena seperti ini semakin sering terjadi di dunia pendidikan kita. Dari sekolah menengah hingga universitas, tampaknya kita lebih tertarik untuk berfokus pada penampilan dan kemegahan daripada substansi pendidikan itu sendiri. SMK Citra Bangsa Mandiri, dengan segala kegilaannya, hanyalah salah satu contoh dari fenomena ini. Kegilaan yang tidak disadari, di mana yang penting adalah tampak keren, bukan apa yang sebenarnya diajarkan.
Ironisnya, dalam upaya untuk memberikan kesan “kampus”, mereka malah kehilangan inti dari pendidikan itu sendiri. Bagaimana kita bisa berharap bahwa para siswa akan memahami makna sejati dari pendidikan jika mereka dibombardir dengan simbol-simbol yang seharusnya hanya digunakan dalam konteks yang lebih tinggi? Lantas, siapa yang diuntungkan dengan acara semacam ini? Apakah para siswa merasa lebih pintar? Atau hanya sekadar merasa lebih penting karena memakai toga yang tak ada artinya?
Pada akhirnya, acara wisuda SMK Citra Bangsa ini menjadi peringatan bahwa dunia pendidikan kita sedang menuju arah yang keliru. Pendidikan bukan tentang kemewahan acara, tetapi tentang memberikan ilmu yang berguna bagi masa depan para siswa. Sayangnya, jika kita terus terjebak dalam kegilaan ini, kita hanya akan menghasilkan lulusan yang lebih pandai memakai toga daripada memecahkan masalah dunia nyata.
Di tengah sengitnya perang dagang, ada perang gengsi hingga menampilkan parodi ketidakwarasan dengan toga-togaan, guru yang ala-ala profesor layaknya rombongan rumah sakit jiwa yang kehabisan obat. Tapi hal tersebut memang tak di larang, tinggal akal sehat yang bisa menilai.
Review
Trenggono Pimpin PAN Jateng, Tantangan Baru Menanti
Sakti Wahyu Trenggono terpilih sebagai Ketua DPW PAN Jateng periode 2025-2030. Dengan target ambisius, PAN Jateng diharapkan dapat meraih kemenangan pada Pemilu 2029 dan menempatkan kader di setiap dapil DPR RI.

Published
4 days agoon
12/05/2025By
Natsir Amir
Monitorday.com – Musyawarah Wilayah (Muswil) PAN Jateng yang digelar pada Minggu, 11 Mei 2025 di Solo, mengukuhkan Trenggono sebagai Ketua DPW PAN Jateng dengan keputusan musyawarah mufakat. Acara yang dipimpin secara daring oleh Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan, juga menjadi simbol peralihan kepemimpinan yang mengandung tantangan baru.
Keputusan ini diambil berdasarkan kesepakatan bersama seluruh kader PAN, yang memandang Trenggono bukan hanya seorang tokoh besar di tingkat nasional, tetapi juga sebagai figur yang sudah lama berakar di Jawa Tengah. Terlebih lagi, posisi Trenggono sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan yang saat ini tengah menjalankan tugas negara di pemerintahan, semakin menguatkan posisi PAN Jateng di pentas politik.
Hal ini tentu bukanlah sekadar transisi kepemimpinan biasa. Keberhasilan dalam menyusun kepengurusan baru di bawah Trenggono nantinya akan menjadi titik penting dalam perjalanan politik PAN, baik di tingkat Jawa Tengah maupun nasional. Ketua DPP PAN, HA Bchri, yang turut hadir dalam Muswil, menekankan harapan besar kepada Trenggono untuk membawa PAN Jateng meraih kemenangan dalam kontestasi politik mendatang. Tak hanya itu, Bchri juga mengungkapkan bahwa dalam Pemilu mendatang, target utama PAN adalah masuk dalam jajaran empat besar partai politik secara nasional.
Seiring dengan penetapan Trenggono sebagai Ketua DPW, semua mata kini tertuju pada upaya penguatan struktural di tingkat daerah dan konsolidasi kader yang harus berjalan cepat dan efektif. Dengan agenda besar di depan mata, yakni Pemilu 2029, Trenggono dan PAN Jateng harus memulai langkah-langkah strategis dalam memperkuat barisan politik, serta menempatkan kader-kader terbaiknya di setiap daerah pemilihan (Dapil) DPR RI di Jawa Tengah.
Namun, pertanyaan besarnya adalah: apakah Trenggono mampu mewujudkan harapan tersebut di tengah ketatnya persaingan politik yang semakin kompleks? Selama ini, Trenggono dikenal sebagai sosok yang pragmatis dan visioner, tetapi di dunia politik, tantangan sering kali datang dari luar dugaan. Dalam beberapa tahun mendatang, kecepatan dan kelincahan dalam merespons perubahan politik akan menjadi kunci sukses dalam membawa PAN Jateng meraih kemenangan besar.
Secara keseluruhan, kepemimpinan Trenggono di PAN Jateng ini membuka babak baru yang penuh tantangan dan peluang. Jika berhasil memimpin dengan cermat dan tepat, bukan tak mungkin PAN akan menjadi kekuatan besar dalam politik Indonesia pada Pemilu 2029 mendatang. Sebuah ujian kepemimpinan yang sesungguhnya tengah menanti di depan mata.
Review
Takwa Jadi Pilar Kesuksesan di Dunia dan Akhirat

Published
4 days agoon
12/05/2025By
Natsir Amir
Monitorday.com – Ngaji bareng online pada Senin, 12 April, menjadi sebuah momen istimewa yang penuh makna bagi para peserta, berkat kehadiran sosok yang tak hanya dihormati, tetapi juga diakui kiprahnya, Prof. Rokhmin Dahuri. Kehadirannya dalam acara ini bukan sekadar untuk menyemarakkan, tetapi untuk memberikan pencerahan yang mendalam mengenai hakikat kehidupan yang sesungguhnya.
Dalam kajiannya, Prof Rokhmin mengatakan, di antara hikmah yang bisa di ambil dari ajaran agama Islam adalah janji Allah bagi hamba-Nya yang bertakwa dan beriman. Janji ini bukan hanya berbicara tentang pahala di kehidupan yang akan datang, tetapi juga memberi keyakinan bagi siapa saja yang mencapainya, untuk meraih keberkahan hidup di dunia.
Seperti yang dijelaskan oleh Prof. Rokhmin, sebuah penafsiran mendalam mengenai kehidupan yang penuh dengan berkat, bagi mereka yang takwa dan beriman kepada Allah.
“Surat Ali Imron ayat 133 mengajak kita untuk bergegas menuju ampunan Allah dan meraih surga-Nya yang luasnya melebihi langit dan bumi. Ini adalah surga yang dijanjikan bagi orang-orang yang bertakwa. Takwa, dalam pengertian yang sederhana, berarti ketundukan sepenuhnya terhadap perintah Allah, dan menjauhi larangan-Nya. Namun, lebih dari itu, takwa adalah landasan dari hidup yang bahagia, baik di dunia maupun di akhirat,” ucap Guru Besar IPB University.
Lebih lanjut, Rektor UMMI Bogor itu memaparkan, takwa bukan sekadar ritual ibadah yang terputus dari kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, takwa menggerakkan setiap aspek kehidupan—dari menuntut ilmu, berbagi, berbuat baik, hingga menjaga kehormatan diri dan orang lain. Bahkan, bersikap santun dan menolong sesama, serta menghindari perbuatan dosa, adalah bagian dari takwa yang membawa kedamaian bagi jiwa. Allah berfirman dalam Surat Al-A’raf, yang artinya, jika suatu bangsa atau negeri memiliki penduduk yang beriman dan bertakwa, maka akan turun keberkahan dari langit dan bumi. Barokah yang dimaksud di sini bisa berupa peluang ekonomi, pemimpin yang adil dan bijaksana, serta kehidupan yang sejahtera.
Dalam konteks kehidupan berbangsa, Prof. Rokhmin Dahuri menggarisbawahi pentingnya beriman dan bertakwa sebagai kunci kesuksesan negara. Pemimpin yang datang dari kalangan orang-orang yang bertakwa akan berbeda jauh dengan pemimpin yang hanya mengandalkan kepopuleran atau pencitraan semata. Pemimpin yang sejati, menurut beliau, adalah pemimpin yang bekerja dengan hati, yang mengutamakan kebaikan rakyat, dan selalu berpikir untuk kepentingan bersama, bukan untuk dirinya sendiri.
Kehidupan di dunia ini bukan tanpa tantangan. Namun, bagi mereka yang beriman dan bertakwa, Allah menjanjikan kecukupan, jalan keluar dari segala masalah, serta pengampunan atas dosa-dosa mereka. Keberkahan tersebut tidak hanya datang dalam bentuk materi, tetapi juga dalam bentuk kebahagiaan batin, kedamaian dalam hati, dan kemampuan untuk melihat sisi positif dalam segala kondisi.
Dalam pandangan rasional, takwa juga membawa banyak manfaat. Allah tidak pernah memberikan perintah yang merugikan umat-Nya. Setiap perintah-Nya adalah untuk kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat. Misalnya, menjaga kebersihan, seperti yang diajarkan dalam ajaran Islam, yang pada akhirnya terbukti mengurangi risiko penyakit. Begitu juga dengan larangan-larangan Allah, seperti korupsi, zina, atau berjudi, yang jelas membawa mudarat bagi diri dan masyarakat.
Tokoh Nelayan Naional ini pun menekankan, pentingnya beriman dan bertakwa juga tergambar dalam ayat Al-Quran yang mengatakan bahwa siapa pun yang bertakwa kepada Allah, Allah akan memudahkan segala urusannya. Berbagai kebaikan akan datang, seperti kecukupan hidup, pengampunan dosa, serta jalan keluar dari segala kesulitan. Semuanya datang sebagai hadiah bagi orang-orang yang menjalankan takwa dengan sungguh-sungguh.
Sebagai kesimpulan, Prof Rokhmin berpesan bahw hidup yang penuh berkah bukan hanya berhubungan dengan materi atau kekayaan duniawi, melainkan dengan keberkahan yang datang dari Allah karena ketakwaan yang kita jalani. Begitu pula, kebahagiaan sejati hanya bisa diraih oleh mereka yang menjaga iman dan takwa dalam hidupnya. Karena pada akhirnya, surga yang dijanjikan adalah bagi mereka yang menjalani hidup dengan penuh takwa dan keimanan kepada Allah, baik di dunia maupun di akhirat.
Review
Parkir Gratis!Kenapa Masih Ada Juru Parkir di Indo Maret dan Alfa Maret?
meski pengumuman besar-besar tentang parkir gratis tersebar di seluruh Indonesia, praktik pungutan liar oleh oknum juru parkir masih tetap marak.

Published
4 days agoon
11/05/2025By
Natsir Amir
Monitorday.com – Parkir gratis, sebuah istilah yang mestinya menenangkan hati masyarakat, kini justru menjadi ironis di beberapa sudut kota Indonesia. Pemberitahuan besar yang mengklaim parkir gratis di seluruh jaringan Indo mart, Alfa mart hingga Alfa Midi, seolah tak berpengaruh pada oknum-oknum yang dengan santai memungut uang parkir dari para pengendara. Keanehan ini menimbulkan banyak pertanyaan: jika sudah ada kebijakan resmi tentang parkir gratis, mengapa pungutan ilegal tetap terjadi?
Yang lebih mencengangkan adalah kenyataan bahwa praktik ini tidak terbatas pada area komersial saja. Beberapa jalan umum dan bahkan pekarangan rumah warga menjadi sasaran empuk bagi oknum yang berpura-pura menjadi juru parkir. Bahkan, pedagang nasi uduk yang mencari nafkah dengan cara jujur pun tak luput dari masalah parkir yang mengganggu. Penambahan biaya parkir yang tiba-tiba muncul di tempat yang tidak semestinya menjadi tantangan bagi warga yang sudah kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pihak kepolisian, sebagai pihak yang bertanggung jawab atas ketertiban umum, harusnya tidak hanya duduk diam dan menjadi penonton dalam masalah ini. Tugas utama mereka adalah turun ke lapangan, mendengarkan keluhan warga, dan menindak tegas oknum-oknum yang menyalahgunakan kewenangannya. Tidak ada alasan yang membenarkan pungutan liar, apalagi jika alasan yang sering digunakan adalah “ekonomi.” Pungutan ini semakin parah dengan adanya oknum-oknum yang terkadang menggunakan ormas sebagai alat untuk melindungi praktik premanisme mereka.
Tak hanya di sektor parkir, fenomena pungli dan premanisme yang melibatkan ormas ini menyebar ke berbagai sektor lainnya. Pemasangan tiang Indihome, pembangunan jalan, hingga proyek-proyek infrastruktur lainnya seringkali dimanfaatkan untuk mencari keuntungan ilegal. Padahal, ini menjadi salah satu faktor penghambat yang menghalangi masuknya investasi ke Indonesia. Bagaimana sebuah negara bisa berkembang jika pengusaha merasa takut berinvestasi karena adanya pungutan liar di hampir setiap langkah mereka?
Ironisnya, hal ini justru membuat Indonesia semakin tertinggal dalam hal pembangunan ekonomi. Alih-alih menciptakan iklim investasi yang sehat, pungutan liar justru menciptakan ketidakpastian. Tak hanya pengusaha, masyarakat biasa pun merasakan dampak dari aksi-aksi premanisme ini, di mana mereka dipaksa membayar lebih untuk layanan yang seharusnya sudah mereka bayar dengan pajak yang sah.
Jika dibiarkan terus-menerus, Indonesia akan semakin kesulitan untuk maju. Negara ini tidak hanya membutuhkan kebijakan yang jelas, tetapi juga penegakan hukum yang tegas. Tak ada lagi toleransi terhadap pungli yang menggerogoti sumber daya negara. Tidak ada yang kebal dari parkir, kecuali di kuburan.
Dalam hal tindakan juru parkir liar yang mencatut uang dari pengunjung mini market, terdapat beberapa aspek hukum yang perlu diperhatikan. Pertama-tama, tindakan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai pungutan liar atau pungli, yang secara jelas melanggar hukum. Pungutan liar atau pungli merupakan tindakan ilegal yang dilarang dan dapat dikenai sanksi hukum sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.
Menurut Undang-Undang No 28 tahun 2009 tentang pajak Daerah dan Retribusi Daerah, retribusi parkir di mini market sudah diatur dengan jelas. Tempat usaha yang menyediakan lahan parkir seharusnya tidak diperbolehkan untuk memungut biaya tambahan dari pengunjung, karena biaya tersebut seharusnya sudah termasuk dalam retribusi yang telah dibayarkan oleh pengelola tempat usaha.
Sanksi Pidana Pungli
Dalam konteks hukum pidana, tindakan pungli dapat dikategorikan sebagai pemerasan yang melanggar Pasal 368 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Tindakan tersebut dapat dikenai sanksi pidana berupa penjara paling lama sembilan tahun.
Selain itu, penting untuk dicatat bahwa penegakan hukum terhadap tindakan pungli merupakan tanggung jawab pihak berwajib, terutama kepolisian. Masyarakat yang menjadi korban atau menyaksikan tindakan pungli diharapkan melaporkan hal tersebut kepada pihak berwenang agar tindakan hukum dapat diambil dengan cepat dan tepat.
Kesimpulan dan Tindakan Preventif
Oleh karena itu, dalam menanggapi kasus ini, perlu adanya kerjasama antara pengusaha mini market, masyarakat umum, dan aparat penegak hukum untuk mengatasi permasalahan juru parkir liar tersebut. Dengan demikian, keamanan dan ketertiban umum dapat terjaga, serta tindakan ilegal seperti pungli dapat dicegah dan diberikan sanksi sesuai dengan hukum yang berlaku.

Monitorday.com – Bali, pulau yang terkenal dengan pesonanya yang memukau dan nilai-nilai budaya yang kental, kini menghadapi tantangan baru. Seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan organisasi masyarakat (ormas) dengan agenda yang tak jelas semakin meresahkan.
Salah satunya adalah Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) Jaya yang baru-baru ini menghebohkan Bali dengan membentuk keanggotaan di beberapa wilayah, termasuk Tabanan. Menanggapi hal ini, Gubernur Bali, Wayan Koster, dengan tegas menyatakan bahwa Bali bukanlah tempat bagi ormas yang membawa pengaruh negatif, apalagi yang berkedok sebagai preman.
Dalam sebuah peresmian Bale Paruman Adhyaksa dan Bale Restorative Justice di Kabupaten Badung pada Kamis, 8 Mei 2025, Koster menegaskan bahwa keberadaan ormas dengan perilaku preman tidak bisa dibiarkan. Ia menekankan bahwa hal tersebut merusak ketertiban publik serta nilai-nilai budaya yang telah lama menjadi warisan Bali. “Bentuknya ormas, tetapi kelakuannya preman. Ini tidak bisa dibiarkan,” ujarnya dengan penuh keyakinan.
Menurut Koster, penyelesaian masalah sosial seharusnya dikembalikan pada akar budaya Bali, yang salah satunya adalah desa adat. Ia mengingatkan bahwa desa adat memiliki sistem keamanan yang sudah ada sejak lama, yaitu Sipandu Beradat, yang melibatkan aparat dan pecalang dalam menjaga ketertiban tanpa campur tangan pihak luar. “Jangan anggap enteng kekuatan budaya Bali,” tegasnya, mengingatkan bahwa kekuatan budaya Bali adalah benteng utama yang menjaga kedamaian dan harmoni masyarakat.
Kehadiran ormas seperti GRIB Jaya menjadi sorotan karena dianggap berpotensi merusak stabilitas sosial Bali. Organisasi ini tidak hanya membawa masalah sosial tetapi juga berpotensi menumbuhkan rasa ketidakpercayaan masyarakat terhadap sistem keamanan yang ada. Koster pun menegaskan bahwa siapapun yang menyalahgunakan nama organisasi untuk meresahkan masyarakat akan berhadapan langsung dengan adat dan negara.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Kejaksaan Tinggi Bali, Ketut Sumedana, menyampaikan bahwa peluncuran Bale Paruman Adhyaksa dan Bale Restorative Justice adalah langkah konkret untuk menyelesaikan konflik secara damai melalui pendekatan yang berbasis pada kearifan lokal. Ia mengatakan bahwa upaya ini merupakan revitalisasi hukum adat Bali yang bisa mengurangi ketergantungan pada metode penyelesaian konflik yang lebih konvensional dan mungkin menambah ketegangan sosial.
Sumedana menjelaskan bahwa dengan sistem tersebut, masyarakat bisa menyelesaikan perselisihan perdata dan sosial secara lebih humanis, tanpa harus melibatkan premanisme yang kerap menyertai keberadaan ormas dengan motif tersembunyi. Dengan ini, Bali diharapkan dapat menjaga keharmonisan yang telah terbentuk selama berabad-abad. “Dengan demikian, tidak perlu hadir preman berkedok ormas di tengah masyarakat,” tambahnya, menegaskan pentingnya keberadaan sistem hukum yang berbasis pada budaya setempat.
Pemerintah Bali pun mendapat dukungan luas dari masyarakat karena langkah ini dianggap sebagai upaya yang efektif untuk menjaga stabilitas sosial dan memperkuat kearifan lokal. Kearifan lokal, seperti yang disampaikan oleh Koster dan Sumedana, menjadi benteng utama dalam mempertahankan tatanan sosial Bali dari gangguan eksternal. Program-program seperti Bale Paruman Adhyaksa dan Bale Restorative Justice diharapkan bisa menjadi model bagi daerah lain dalam menjaga keharmonisan masyarakat, tanpa harus mengorbankan nilai-nilai budaya yang ada.
Bali, sebagai pulau dengan segudang potensi budaya, kini lebih dari sekedar destinasi wisata. Ia juga menjadi simbol perlawanan terhadap segala bentuk kekerasan yang merusak tatanan sosial. Jika Bali mampu melawan ancaman dari dalam, seperti ormas berkedok preman, maka Bali akan tetap menjadi pulau yang tenang dan damai, tempat di mana tradisi dan modernitas berjalan berdampingan tanpa saling mengganggu.
Pengamat kebijakan Publik Junaidi menegaskan, tidak hanya GRIB, tapi ormas-ormas lain yang kerap terbukti melakukan pemerasan seperti menjaga parkir-parkir yang jelas-jelas tertulis parkir gratis tapi, sangat di anjurkan agar POLRI untuk menangkap preman-preman berkedok ormas.
Sebelumnya, desakan untuk membubarkan Pemuda Pancasila bermunculan di media sosial. Desakan itu menguat seiring keterlibatan Pemuda Pancasila dalam sejumlah aksi kriminalitas.
Salah satu aksi yang jadi sorotan publik adalah saat sejumlah anggota Pemuda Pancasila mengeroyok polisi. Kejadian itu berlangsung saat ormas tersebut menggelar aksi unjuk rasa di Kompleks Parlemen, Jakarta.
Saat itu, kepolisian juga meringkus Ketua Pemuda Pancasila Blora Munaji. Munaji diduga memeras warga. Dia disebut meminta Rp40 juta untuk membantu seorang warga bebas dari tindak pidana di kepolisian.
Kemudian, polisi, TNI serta Satpol PP menyegel gedung yang dipakai Pemuda Pancasila di Kemayoran, Jakarta Pusat. Lahan dan gedung itu merupakan aset negara terkait kasus BLBI, sementara Pemuda Pancasila memakainya tanpa hak sejak 2004.
Sempat pula terjadi tawuran antara Pemuda Pancasila dengan Forum Betawi Rempug di Jakarta Barat. Ada korban jiwa akibat keributan dua ormas tersebut.
Review
Bill Gates dan Bisnis Vaksin: Sumbang Rp2,6 Triliun tapi Minta Uji Vaksin TBC pada Rakyat Indonesia
Bill Gates memberikan miliaran dolar untuk vaksinasi global, tetapi pertanyaannya, apakah ini sekadar bantuan tanpa agenda tersembunyi? Pengaruhnya yang besar dalam kebijakan kesehatan global patut dipertanyakan.

Published
4 days agoon
11/05/2025By
Natsir Amir
Monitorday.com – Bill Gates, miliarder dan pendiri Microsoft, sejak lama telah dikenal atas dedikasinya dalam sektor kesehatan melalui Bill & Melinda Gates Foundation (BMGF). Dengan dana yang sangat besar, Gates menyumbangkan lebih dari USD 50 miliar sejak 2000, berfokus pada pengembangan vaksin dan peningkatan sistem kesehatan global, terutama di negara berkembang.
Namun, di balik citra positifnya, muncul pertanyaan kritis: Apakah sumbangan besar tersebut benar-benar hanya untuk kebaikan umat manusia, atau ada agenda tersembunyi yang lebih besar?
BMGF telah menyalurkan lebih dari USD 159 juta kepada Indonesia sejak 2009, dengan fokus utama pada vaksinasi dan penguatan kapasitas produksi vaksin. Salah satunya adalah dukungan terhadap Bio Farma, BUMN farmasi yang kini mampu memproduksi dua miliar dosis vaksin polio per tahun.
Keterlibatan Gates dalam sektor vaksin bukan sekadar dana hibah; ia juga terlibat dalam pengembangan vaksin melalui investasi langsung ke perusahaan biofarmasi, seperti BioNTech dan CureVac, yang ikut mengembangkan vaksin Covid-19. Sumbangan ini, meskipun dihargai oleh banyak kalangan, membawa serta pengaruh besar yang membangkitkan kekhawatiran tentang kontrol berlebih atas kebijakan kesehatan global.
Di negara-negara berkembang, terutama Indonesia, Gates melalui yayasannya tidak hanya memberi dana tetapi juga menginginkan negara tersebut menjadi tempat uji coba vaksin. Salah satunya adalah vaksin TBC yang dikembangkan oleh Gates. Pengujian ini tentu membawa dampak yang lebih besar, karena melibatkan rakyat sebagai subjek uji coba. Di satu sisi, Indonesia diuntungkan dengan vaksin yang lebih cepat tersedia, namun di sisi lain, ada rasa khawatir mengenai etika dan keadilan dalam pengujian tersebut. Apakah Indonesia benar-benar diberdayakan dengan pengembangan ini, atau justru menjadi korban eksperimen besar?
Gates, meskipun dianggap sebagai filantropis, sering kali dikritik karena kekuasaannya yang terlalu besar dalam kebijakan kesehatan global. Beberapa ahli, termasuk Dr. David McCoy dari University College London, menyuarakan kekhawatirannya tentang besarnya pengaruh seorang individu terhadap kebijakan kesehatan global.
Gates, yang meskipun tidak menjabat sebagai pejabat publik, dapat mempengaruhi keputusan besar dalam distribusi vaksin, termasuk dalam program COVAX yang dikritik karena distribusinya yang timpang antara negara maju dan berkembang.
Investasi Gates pada perusahaan seperti BioNTech dan CureVac, yang berkembang pesat selama pandemi Covid-19, juga menambah kontroversi. Beberapa pihak menilai ini sebagai potensi konflik kepentingan, mengingat bahwa Gates, selain menjadi donatur utama, juga bisa memperoleh keuntungan finansial dari kebijakan vaksin yang ia dukung. Tidak hanya itu, program vaksinasi yang didukung Gates di berbagai negara berkembang, termasuk India, juga menuai kritik keras. Program vaksinasi HPV di India pada 2009 yang melibatkan remaja perempuan di bawah usia 15 tahun berakhir dengan kematian beberapa peserta dan temuan parlemen India yang mengungkapkan pelanggaran etika dan kurangnya pengawasan yang memadai.
Namun, meskipun banyak kritik yang muncul, tak bisa dipungkiri bahwa Gates juga telah banyak berkontribusi dalam pemberantasan polio dan mempercepat distribusi vaksin malaria, serta mendanai riset untuk penyakit tropis yang sering terabaikan.
Tapi apakah itu cukup untuk menutupi dampak negatif dari pengaruh besar yang dimilikinya? Dalam hal ini, dilema besar muncul: apakah manfaat dari dana besar yang disalurkan Gates lebih besar daripada potensi penyalahgunaan kekuasaan yang ada di baliknya?
Pada akhirnya, dunia harus memilih antara memanfaatkan sumber daya besar yang dibawa Gates atau menuntut lebih banyak transparansi dan akuntabilitas dalam setiap kebijakan yang ia usung.
Dalam setiap sumbangan, ada pertanyaan tentang siapa yang sebenarnya diuntungkan, dan apakah semua ini benar-benar untuk kebaikan manusia, atau ada harga yang harus dibayar yang tidak kita sadari?
Review
Persaingan Jet Tempur dalam Perang India-Pakistan
Konflik India-Pakistan kali ini menjadi ajang pembuktian kemampuan teknologi militer, khususnya jet tempur Rafale dan buatan China, dengan dampak besar bagi perkembangan alutsista global.

Published
4 days agoon
11/05/2025By
Natsir Amir
Monitorday.com – Konflik antara India dan Pakistan kembali mengguncang dunia, namun kali ini, perang yang memanas tidak hanya sekadar persoalan perseteruan antar negara yang telah berlangsung lama. Perang ini juga menjadi ajang pembuktian kemampuan teknologi militer, khususnya dalam hal ketangguhan jet tempur yang digunakan oleh kedua negara. India, yang semakin mengandalkan teknologi canggih dari Barat, menggunakan jet tempur Rafale, sementara Pakistan, dalam upaya untuk memperkuat armada tempurnya, memanfaatkan jet tempur buatan China. Keduanya, meski berbeda asal dan teknologi, kini harus membuktikan diri di medan pertempuran yang sejatinya adalah medan pengujian nyata bagi keduanya.
Jet tempur Rafale yang dimiliki India, sebuah karya canggih buatan Prancis, bukan hanya terkenal karena desainnya yang efisien dan modern, tetapi juga karena teknologi avionik dan senjata presisi yang terpasang di pesawat tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, Rafale telah memperkuat kekuatan udara India dengan kemampuan tempur jarak jauh dan kelincahannya dalam menghadapi ancaman musuh. Sementara itu, Pakistan memilih untuk mengandalkan jet tempur buatan China yang meskipun tidak semewah Rafale, tetap memberikan Pakistan keunggulan tersendiri dalam hal keberagaman sumber daya dan kedekatannya dengan sekutu regional yang kuat.
Perang India-Pakistan kali ini memberikan gambaran jelas tentang bagaimana persaingan antara kekuatan Barat dan Timur kini semakin nyata, dengan India yang mendapatkan dukungan kuat dari negara-negara Barat, sementara Pakistan lebih mengandalkan kekuatan dari Timur, seperti China dan sekutunya, Turki. Ini adalah perubahan besar dalam peta geopolitik global yang menyadarkan dunia akan pentingnya aliansi strategis dalam perang modern. Pakistan, dengan dukungan dari China dan Turki, berada di posisi untuk lebih siap menghadapi pertempuran jangka panjang, dengan berbagai alutsista yang sudah disiapkan dengan matang.
Namun, meskipun India memiliki kekuatan teknologi yang lebih modern, situasi di lapangan menunjukkan bahwa Pakistan memiliki keunggulan dalam hal kesiapan jangka panjang. Informasi yang beredar menunjukkan bahwa Pakistan tidak hanya memiliki persiapan yang matang untuk menghadapi gempuran udara dari India, tetapi juga telah mempersiapkan diri untuk pertempuran darat yang lebih intens. Di sisi lain, India sepertinya lebih berhati-hati dalam mengambil langkah, dengan beberapa laporan yang menyebutkan bahwa India telah meminta gencatan senjata, meskipun hal ini masih belum dapat dipastikan.
Persaingan teknologi militer ini memberikan dampak besar terhadap pengembangan dan evolusi pesawat tempur di masa depan. Hasil dari pertempuran ini, baik dalam hal kemenangan atau kerugian, akan memberikan data yang sangat berharga dalam menentukan arah pengembangan teknologi pesawat tempur global. Dengan setiap pertempuran yang terjadi, baik itu udara maupun darat, kedua negara ini berperan dalam mengubah peta kekuatan dunia, dengan teknologi sebagai faktor penentu dalam peperangan modern.
Ketegangan yang terjadi antara India dan Pakistan memberikan pelajaran berharga bagi dunia, bahwa persaingan teknologi militer kini tak hanya soal kekuatan ekonomi atau politik, tetapi juga soal kemampuan beradaptasi dengan teknologi mutakhir yang terus berkembang. Perang ini lebih dari sekadar benturan dua negara dengan sejarah panjang permusuhan, melainkan juga soal persaingan antara dua blok besar dunia yang memainkan peran krusial dalam peta geopolitik global.
Review
Pembangunan Infrastruktur ala AHY: Bukan Sekadar Beton dan Aspal
Menko AHY dalam Konreg Kementerian PU 2025 memaparkan empat prioritas pembangunan infrastruktur yang fokus pada ketahanan pangan, energi, air, kualitas SDM, konektivitas, dan ketahanan lingkungan.

Published
5 days agoon
11/05/2025By
Natsir Amir
Monitorday.com – Saat AHY berdiri di depan para pejabat tinggi dan ahli infrastruktur, sepertinya tak hanya debu proyek pembangunan yang berterbangan di ruangan itu. Ada aura baru yang dibawa oleh sang Menko, yang sudah lama dikenal dengan gaya diplomatik dan sedikit humorisnya. Dalam acara Konreg Kementerian Pekerjaan Umum (PU) yang digelar pada 9 Mei lalu, AHY dengan tegas menyampaikan empat prioritas pembangunan infrastruktur yang bukan sekadar angka atau statistik. Ini lebih kepada pencapaian konkret yang harus berkelanjutan.
Dibuka dengan sorotan pada ketahanan pangan, energi, dan air—tiga hal yang jarang mendapat sorotan sekuat ini. Ah, tentu saja, siapa yang tak tahu kalau bendungan Cirata dan Jatiluhur lebih sering dipandang hanya sebagai ‘tempat penyimpanan air’ atau ‘sumber energi’ saja? Tapi tidak bagi AHY. Bagi dia, kedua bendungan tersebut tak sekadar mengalirkan air atau listrik. Mereka adalah potensi untuk wisata, olahraga air, bahkan pusat ekonomi kreatif! “Bayangkan saja,” katanya sambil tersenyum, “mungkin nantinya kita bisa sekalian berolahraga sambil menghasilkan energi terbarukan.” Luar biasa, kan?
Prioritas kedua tak kalah menarik. AHY menyoroti pentingnya pembangunan yang mendukung kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan optimisme tinggi, dia memberikan apresiasi terhadap proyek-proyek yang sudah selesai, seperti stadion olahraga dan apartemen dosen. Siapa sangka, betapa pentingnya apartemen dosen untuk mengembangkan SDM kita! Setiap bata yang terpasang bukan hanya meningkatkan kapasitas fisik, tapi juga mental bangsa.
Tidak kalah serunya, prioritas ketiga yang menyentil soal konektivitas. “Semakin baik konektivitas, semakin terintegrasi Indonesia,” ujar AHY dengan suara penuh keyakinan. AHY tak hanya berbicara tentang jalan raya dan rel kereta, tapi juga mengenai integrasi antarwilayah yang seharusnya mendukung pertumbuhan ekonomi secara merata. Bagi dia, membangun jembatan di wilayah Timur bukan hanya tentang akses, tetapi juga tentang membuka pintu peluang baru.
Dan, terakhir, AHY menutup sambutannya dengan menyoroti pentingnya infrastruktur yang ramah lingkungan. Walaupun topik ini disinggung secara singkat, AHY mengingatkan kita bahwa setiap proyek pembangunan tidak boleh mengabaikan dampaknya terhadap alam. Mungkin ini adalah hal yang kerap terlupakan dalam kejar-kejaran membangun, tapi AHY memastikan bahwa kolaborasi antara kementerian dan lembaga akan terus dijaga untuk mewujudkan pembangunan yang efisien dan berkelanjutan.
Lalu, siapa saja yang turut hadir dalam acara tersebut? Selain AHY, tentu saja ada Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo dan sejumlah pejabat lainnya. Mereka semua tampak serius, namun siapa yang tahu, di balik wajah serius mereka, ada secercah harapan besar untuk Indonesia yang lebih terhubung dan berkelanjutan. Kolaborasi antar kementerian, menurut AHY, adalah kunci untuk mencapainya.
Ah, siapa yang menyangka, pembangunan infrastruktur bisa seseru ini? Jika AHY terus mengusung ide-ide segar seperti ini, mungkin kita bisa melihat Indonesia lebih dari sekadar bangunan besar—tapi sebuah negara yang terhubung erat, bergerak maju bersama.
Review
Golkar: Kemenangan Kosgoro dalam Transformasi Ekonomi
Muspinas III Kosgoro 1957 mengusung tema hilirisasi dan digitalisasi untuk kemajuan ekonomi Indonesia, dengan kesepakatan untuk kembali mencalonkan Dave Laksono sebagai Ketua Umum pada MUBES 2026.

Published
5 days agoon
11/05/2025By
Natsir Amir
Monitorday.com – Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspinas) ke-III Kosgoro 1957 yang berlangsung di Hotel Sultan Jakarta pada 7-8 Mei 2025, bukan sekadar acara rutin, melainkan langkah strategis yang mempertegas komitmen organisasi ini terhadap transformasi ekonomi Indonesia.
Dengan tema besar “Hilirisasi dan Digitalisasi Mewujudkan Kemandirian dan Martabat Bangsa”, acara ini menjadi titik tolak baru dalam upaya memberdayakan ekonomi Indonesia melalui digitalisasi dan hilirisasi yang lebih masif.
Kosgoro 1957, sebagai organisasi yang telah melahirkan Partai Golkar, terus berupaya memperkuat peran serta dalam perekonomian Indonesia, dengan fokus utama pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Dalam pidatonya, Ketua Umum DPP Partai Golkar, Bahlil Lahadalia, menegaskan bahwa organisasi ini terus berkembang seiring dengan upaya memperjuangkan agenda besar untuk Indonesia yang lebih maju.
Bahlil juga memuji kepemimpinan Dave Laksono sebagai Ketua Kosgoro 1957 yang telah membawa organisasi ini menjadi lebih solid dan berhasil bersinergi dengan Partai Golkar dalam menggerakkan program-program kesejahteraan rakyat. Di bawah pimpinan Laksono, Kosgoro tidak hanya memperkuat jaringan, tetapi juga menjadi pendorong utama dalam pergerakan ekonomi negara.
Agenda Muspinas ke-III Kosgoro 1957 juga diwarnai dengan dua sesi talkshow yang menghadirkan pembicara-pembicara penting.
Topik pertama mengenai “Transformasi Ekonomi Indonesia melalui Digitalisasi serta Penguatan Koperasi dan UMKM” membahas bagaimana digitalisasi dapat mempercepat pertumbuhan sektor ekonomi Indonesia, serta peran penting koperasi dan UMKM dalam perekonomian nasional. Tokoh-tokoh nasional seperti Gubernur Lemhamnas Ace Hasan Syadzily dan Ketua Komisi XII DPR RI, Bambang Patijaya, turut berpartisipasi memberikan pandangan mereka tentang pentingnya peran sektor digital dalam mempercepat kemajuan ekonomi.
Talkshow kedua membahas tentang “Peran Hilirisasi dalam Transformasi Indonesia”, dengan penekanan pada bagaimana Indonesia bisa memanfaatkan potensi hilirisasi sumber daya alam untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan nilai tambah ekonomi nasional. Peran penting sektor hilirisasi, menurut para pembicara, adalah kunci dalam mewujudkan kemandirian ekonomi yang berkelanjutan.
Namun, yang tak kalah menarik adalah keberhasilan Muspinas ke-III dalam menyusun aspirasi dari berbagai daerah. Salah satu keputusan penting yang diambil dalam acara ini adalah kesediaan Ketua Umum PPK Kosgoro 1957, Dave Laksono, untuk maju kembali dalam Musyawarah Besar (MUBES) Kosgoro 1957 yang akan diadakan tahun 2026 mendatang. Kesediaan ini disambut positif oleh para anggota dan pemimpin daerah yang melihat Laksono sebagai figur yang mampu membawa Kosgoro ke tingkat yang lebih tinggi.
Dengan aspirasi yang terungkap dan kesediaan Dave Laksono untuk kembali memimpin, Kosgoro 1957 menunjukkan bahwa organisasinya siap menghadapi tantangan besar di masa depan. Tidak hanya berfokus pada transformasi ekonomi, namun juga pada penguatan struktur organisasi yang akan terus mendukung kemandirian bangsa.
Monitor Saham BUMN

Sheila On 7: Dari Band Sekolah Hingga Dibayar Rp1 Miliar Sekali Tampil

Dorong Pertumbuhan Ekonomi Desa, BNI Bantu Perbaikan Infrastruktur

GT World Challenge Asia 2025 Sukses Digelar, Dorong Ekonomi dan Wisata Lokal

Catat Kinerja Positif, Livin’ by Mandiri Terus Cetak Pertumbuhan Transaksi dan Pengguna

Menhut-Pertamina NRE Dorong Program Aren Jadi Langkah Nyata Menuju Bioetanol Indonesia

Turunkan Lapis Kedua, Persib Tetap Incar Kemenangan Kontra Persita

Jalur Kerjasama, Ikhtiar UNJ Wujudkan Masa Depan Generasi Papua

Prabowo dan PM Albanese Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Pertahanan hingga UMKM

Menkes: Laki-Laki Ukuran Celana di Atas 32 Lebih Cepat Menghadap Allah

Tangis Megawati untuk MK dan KPK

Kesepakatan Trump di Qatar: Penjualan Boeing hingga Drone Canggih

Putin Absen, Damai di Istanbul Terombang-ambing

Kylian Mbappé Pecahkan Rekor dengan 40 Gol di Real Madrid

Wasit Uzbekistan Dipercaya Pimpin Laga Timnas Indonesia vs China

Tiket Pertandingan Indonesia vs Tiongkok Telah Dibuka, Cek Daftar Harganya

Pererat Hubungan Indonesia-Brunei Lewat Musik dan Budaya di Jamuan Kenegaraan

Pertemuan AEMM: Mendikdasmen Paparkan Misi dan Program Prioritas Sektor Pendidikan

Barcelona Bakal Gelar Pesta Akbar Jika Raih Treble Domestik

Jorge Martin Siap Tinggalkan Aprilia, Incar Kursi di Honda
