Monitorday.com – Analis veteran Kementerian Pertahanan Amerika Serikat, Karen Kwiatkowski, mengungkapkan bahwa kebingungan politik di Washington terkuak melalui keputusan Presiden Joe Biden yang mengizinkan Ukraina menembakkan senjata yang dipasok AS ke sasaran di Rusia.
“Pemerintahan Biden berharap Ukraina dapat bertahan hingga awal November, saat jadwal Pilpres AS,” kata Kwiatkowski kepada Sputnik pada Minggu (2/6).
Biden mengambil keputusan pada Kamis (30/5) untuk mengizinkan rezim Kiev di bawah pimpinan Volodymyr Zelenskyy menembakkan senjata yang dipasok AS ke sasaran di Rusia.
Keputusan ini, menurut Kwiatkowski, mencerminkan ketakutan Biden dan pejabat tinggi AS bahwa Ukraina bisa runtuh sebelum pemilihan presiden AS pada 5 November.
Biden sangat ingin mempertahankan Ukraina setidaknya hingga pemilu dengan segala cara, meski berisiko memicu konfrontasi nuklir dengan Rusia.
“Kekacauan, disorganisasi, dan frustrasi politik ini semakin terlihat ketika koalisi negara-negara Barat yang lemah secara militer dan ekonomi berada di ambang perang proksi melawan kekuatan nuklir,” ujarnya.
Kwiatkowski menilai perubahan kebijakan Biden ini sangat berbahaya, tidak hanya bagi AS tetapi juga bagi dunia.
“Perubahan kebijakan Biden mengenai penggunaan senjata AS oleh Ukraina di Rusia, terutama di sekitar Kharkov, bersifat eskalatif. Ini akan melibatkan militer Rusia untuk segera mengakhiri perang melalui kekerasan, bukan negosiasi,” tuturnya.
Biden awalnya memperkirakan Ukraina akan memberikan kemenangan dalam perang dalam waktu kurang dari setahun sejak konflik pecah pada Februari 2022, dengan dukungan militer besar-besaran dari AS kepada Zelenskyy di Kiev. Presiden AS itu juga mendorong untuk mengabaikan upaya Rusia mencapai penyelesaian damai melalui negosiasi.
Kwiatkowski menambahkan bahwa Biden frustrasi karena apa yang seharusnya menjadi demonstrasi kekuatan dan keberhasilan partainya malah membuat dia dan partainya tidak populer.
“Inflasi tinggi, ekonomi yang stagnan, dan kekalahan dalam perang cenderung berakibat fatal secara politik bagi seorang presiden AS yang sedang memimpin,” tambahnya.