Monitorday.com – Takdir merupakan ketetapan dari Allah SWT.
Takdir menjadi salah satu rukun iman, jadi setiap muslim wajib meyakini dan juga mengimaninya.
Percaya dan menerima takdir merupakan wujud nyata dari keimanan seorang muslim.
Setiap hal yang terjadi dalam kehidupan merupakan rencana yang telah dirancang sebaik mungkin oleh Allah SWT.
Takdir disebutkan beberapa kali dalam ayat Al-Qur’an.
Salah satunya termaktub dalam surat Al-An’am ayat 59.
Artinya: “Kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahuinya selain Dia.”
Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut.
Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya.
Kemudian dalam surat Yunus ayat 61, Allah SWT berfirman.
Artinya: “Engkau (Nabi Muhammad) tidak berada dalam suatu urusan, tidak membaca suatu ayat Al-Qur’an, dan tidak pula mengerjakan suatu pekerjaan, kecuali Kami menjadi saksi atasmu ketika kamu melakukannya.”
Tidak ada yang luput sedikit pun dari (pengetahuan) Tuhanmu, walaupun seberat zarah, baik di bumi maupun di langit.
Merangkum buku Takdir Allah Tak Pernah Salah karya Agus Susanto, dua ayat tersebut menegaskan bahwa setiap yang terjadi telah tercatat dalam Lauh Mahfudz.
Telah tercatat semua yang sudah, sedang dan akan terjadi sejak awal penciptaan sampai kelak Hari Kiamat.
Semua bahkan telah tercatat dan tidak ada yang terlewat satu pun.
Allah SWT telah menetapkan seluruhnya sebelum penciptaan alam semesta.
Dalam terminologi Islam, takdir terdiri dari dua yakni qadha dan qadar.
Qadha menurut bahasa berarti hukum, ciptaan, kepastian, dan penjelasan.
Sedangkan maknanya adalah memutuskan, memisahkan, menentukan sesuatu, mengukuhkan, menjalankan, dan menyelesaikannya.
Menurut Ibn Faris, makna kata qadar adalah akhir atau puncak segala sesuatu.