Bulan Januari diperingati sebagai Bulan Donor Darah Nasional di Amerika Serikat untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya donor darah. Menurut Palang Merah Amerika, jumlah orang yang mendonorkan darah melalui organisasi nirlaba telah menurun sekitar 40 persen dalam 20 tahun terakhir, dan kekurangan sekitar 7.000 unit darah terjadi akibat terhentinya proses donor darah antara Natal dan Tahun Baru.
Dokter Jessica Jacobson, Direktur Bank Darah dan Pengobatan Transfusi di Rumah Sakit Bellevue-Universitas New York, mengklarifikasi beberapa mitos seputar donor darah:
- Mitos: Donor Darah Membuat Sakit dan Bisa Tertular Infeksi Faktanya, donor darah sangat aman. Peralatan steril sekali pakai digunakan, dan risiko tertular infeksi melalui donasi sangat rendah. Donor sehat tidak akan menjadi kurang sehat setelah mendonorkan darah.
- Mitos: Orang yang Sedang Menjalani Pengobatan Tidak Bisa Mendonorkan Darah Sebagian besar pengobatan, termasuk masalah kolesterol dan tekanan darah tinggi, tidak menghalangi seseorang untuk mendonorkan darah. Obat-obatan untuk kondisi ini umumnya tidak mendiskualifikasi seseorang dari donor darah.
- Mitos: Mendonorkan Darah Menghabiskan Persediaan Darah Seseorang Hanya sekitar satu liter darah yang dikumpulkan selama sesi donor darah, dan volume darah terisi kembali dalam waktu 24 jam. Orang dewasa memiliki sekitar 10,5 liter darah di tubuhnya, dan mendonorkan darah utuh dapat dilakukan setiap 56 hari.
Dr. Jessica Jacobson menekankan bahwa donor darah alogenik harus aman bagi pendonor dan penerima darah. FDA melarang orang yang memakai obat tertentu, terutama untuk mencegah atau mengobati infeksi HIV, untuk mendonorkan darah.
Sebagai bagian dari evaluasi sebelum donor darah, kadar hemoglobin seseorang diperiksa untuk memastikan keamanan donasinya. Donor darah memainkan peran krusial dalam menyediakan persediaan darah yang dibutuhkan untuk transfusi dan perawatan medis.