Monitorday.com – Mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla bercerita bahwa dirinya hidup di tengah-tengah antara Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Di mana ayahnya seorang NU dan ibundanya seorang anggota Aisyiyah (organisasi perempuan Muhammadiyah).
Hal tersebut diungkapkan JK, sapaan akrabnya, dalam acara peluncuran buku “Jalan Baru Moderasi Beragama: Mansyukuri 66 Tahun Haedar Nashir”, di Auditoriun Perpustakaan Nasional, pada Senin (4/3/2024) malam.
“Saya ini hidup di pertengahan juga. Bapak saya sangat NU, ibu saya sangat Aisyiyah. Jadi saya ini kedua duanya bisa. Saya juga paham kedua hal ini,” kata JK.
Namun kondisi itu, menurut JK, tidak mudah juga untuk di jalani. Karena antara NU dan Muhammadiyah kerap terjadi perbedaan. Misalnya penanggalan bulan ramadhan dan hari raya.
“Jadi hidup di tengah juga susah itu. Contohnya lebaran yang berbeda antara NU dan Muhammadiyah. Saya harus bagaimana? Pernah bapak saya marah sekali. Karena waktu itu saya ikut ibu,” tutur JK.
Meski begitu, perbedaan-perbedaan seperti itu tidak menjadi masalah yang berarti dalam lingkup kebangsaan. Menurut JK, perbedaan yang ada harus disikapi dengan saling menghormati sehingga berdampak pada kedamaian antara anak bangsa.
“Jadi intinya moderasi itu bukan hanya toleransi antar agama. Bukan soal toleransi hari raya, tapi untuk kebangsaan yang lebih luas,” demikian Jusuf Kalla.
Dalam kesempatan itu, turut hadir Kapolri Jendral Listyo Sigit Prabowo, Sekum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti, Menko PMK Muhadjir Effendy, Menkes Budi Gunadi Sadikin, Mendikbud Nadiem Makarim, Uskup Agung Kardinal Suharyo, Wakil Ketua MPR sekaligus Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid, dan Menteri KKP periode 2014-2019 Susi Pudjiastuti.