Monitorday.com – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengungkapkan keinginannya untuk memperbaiki hubungan dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump setelah AS menghentikan bantuan militer kepada Ukraina.
Dalam pernyataan yang disampaikan melalui akun media sosialnya, Zelensky menegaskan kesiapannya untuk bekerja di bawah kepemimpinan Trump demi mencapai perdamaian abadi bagi negaranya.
Zelensky menekankan bahwa perang yang berlarut-larut tidak menguntungkan siapa pun, dan karena itu Ukraina siap untuk melaksanakan pembicaraan perdamaian yang lebih konstruktif.
“Tim saya dan saya siap bekerja di bawah kepemimpinan kuat Presiden Trump untuk mewujudkan perdamaian yang langgeng,” tulis Zelensky dalam unggahan di akun X @ZelenskyyUa, Rabu (5/3).
Dalam upaya untuk mempercepat penyelesaian konflik, Zelensky mengusulkan beberapa langkah awal, termasuk pembebasan tahanan dan gencatan senjata udara yang melibatkan larangan penggunaan rudal, pesawat nirawak jarak jauh, serta bom yang mengancam energi dan infrastruktur sipil.
Ia juga mengusulkan gencatan senjata di laut, dengan harapan Rusia dapat berkomitmen pada kesepakatan tersebut.
Zelensky mengungkapkan rasa terima kasihnya atas dukungan yang telah diberikan AS untuk mempertahankan kedaulatan Ukraina, namun ia juga menyatakan kekecewaannya atas ketegangan yang terjadi dalam pertemuannya dengan Trump di Gedung Putih pekan lalu.
Menurutnya, pertemuan tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya, dan ia berharap dapat memperbaiki hubungan dengan AS.
“Saatnya untuk memperbaiki keadaan. Kami ingin kerja sama yang lebih konstruktif di masa depan,” ujar Zelensky.
Selain itu, Presiden Ukraina itu juga mengungkapkan kesiapan Ukraina untuk menandatangani perjanjian yang dapat meningkatkan keamanan, termasuk perjanjian terkait sumber daya mineral penting.
Ia menyatakan bahwa Ukraina siap menandatangani kesepakatan tersebut kapan saja, dalam format apapun yang diperlukan.
Terkait dengan keputusan Trump untuk menghentikan bantuan militer, Zelensky sempat memerintahkan kepala pertahanan dan intelijennya untuk menghubungi pihak AS guna memperoleh penjelasan lebih lanjut mengenai kebijakan tersebut.
Keputusan ini menambah ketegangan di Kiev dan Uni Eropa, yang khawatir AS akan semakin menjauh dari sekutunya dan lebih berpihak pada Rusia.
Uni Eropa telah berusaha keras untuk memperkuat dukungan bagi Ukraina, dengan Kepala Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengumumkan rencana untuk memobilisasi sekitar 800 miliar euro untuk memperkuat pertahanan Eropa.
Sementara itu, calon kanselir Jerman, Friedrich Merz, mendukung persetujuan paket bantuan senilai 3 miliar euro untuk Ukraina yang saat ini masih tertahan di parlemen Jerman.
Kamis besok, Uni Eropa akan mengadakan pertemuan puncak darurat untuk membahas langkah-langkah selanjutnya dalam mendukung Ukraina di tengah ketegangan yang terus berkembang dengan AS.