Monitorday.com – Ketua DPR RI, Puan Maharani, menyampaikan pandangannya tentang perkembangan kecerdasan buatan (AI) dan implikasinya bagi perempuan yang mungkin tertinggal dalam bidang tersebut, saat berbicara di konferensi anggota parlemen perempuan dunia di Jenewa.
Puan menyatakan bahwa perkembangan AI tidak hanya membuka peluang besar bagi kemajuan manusia, tetapi juga berpotensi menghadirkan tantangan yang signifikan. “Dalam hal ini, saya percaya bahwa AI harus diatur secara komprehensif,” katanya.
Forum Women Parliamentarians Inter-Parliamentary Union (IPU) dihadiri oleh 145 delegasi parlemen dari berbagai negara, termasuk 55 ketua parlemen dari 180 negara anggota IPU.
Puan, politikus dari PDI Perjuangan, menyoroti bahwa perempuan dan anak-anak masih menjadi kelompok yang paling rentan selama konflik dan perang, meskipun ada upaya global untuk pemberdayaan dan kesetaraan perempuan.
Dalam forum tersebut, Puan mencatat bahwa 67 persen dari korban konflik di Gaza baru-baru ini adalah perempuan dan anak-anak, yang menjadi sasaran serangan brutal oleh pasukan Israel. “Ini merupakan peringatan yang menyakitkan bagi komunitas global untuk berinvestasi lebih banyak pada agenda perempuan, perdamaian, dan keamanan,” ujarnya.
Puan menekankan pentingnya pemberdayaan perempuan dalam isu AI, mengingat perempuan merupakan setengah dari populasi dunia dan merupakan bagian integral dari solusi dan agen perdamaian yang efektif. Dia mendorong para pemimpin perempuan untuk mengambil tindakan nyata.
Selain itu, Puan juga mengajak seluruh pihak untuk mendukung kepemimpinan perempuan dalam proses perdamaian dan memastikan keterlibatan aktif perempuan dalam pengembangan AI. Menurutnya, hal ini akan membantu perempuan memahami dampak AI, termasuk senjata otonom.
Puan menegaskan bahwa DPR RI tidak hanya mewakili kepentingan nasional Indonesia, tetapi juga akan merespons tantangan global bersama IPU. “Sebagai parlemen, tugas kami adalah memastikan partisipasi perempuan dalam perundingan perdamaian,” tambahnya.