Monitorday.com – Kendati masih dibayangi perlambatan ekonomi China yang disebabkan krisis di sektor properti yang mereka alami, Indeks Kepercayaan Industri bulan September masih menunjukkan nilai ekspansi.
Perlambatan ekonomi di Tiongkok turut menjadi sumber perlambatan ekonomi dunia termasuk juga berdampak bagi Indonesia.
Hal ini tampak pada nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok pada Agustus 2023 mengalami penurunan 6,71% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Kondisi tersebut menunjukkan penurunan permintaaan dunia. Di sisi lain kondisi inflasi mereda karena harga komoditas mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan preferensi konsumen di dunia untuk menahan konsumsi meningkat.
Meskipun demikian, ekonomi Indonesia masih terjaga. Indeks Kepercayaan Industri (IKI) September 2023 mencapai 52,51, tetap ekspansi meskipun melambat 0,71 poin dibandingkan Agustus 2023,” kata Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Febri Hendri Antoni Arif saat rilis IKI September 2023 di Jakarta, 29 September pekan lalu.
Penurunan nilai IKI ini dikarenakan adanya peningkatan persediaan produk pada hampir seluruh subsektor manufaktur. Kondisi tersebut menunjukkan produksi pada bulan September ini belum banyak terserap di pasar baik ekspor maupun dalam negeri.
Meskipun demikian, pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) ditengarai menjadi salah satu penggerak ekonomi Indonesia khususnya industri manufaktur, salah satunya industri semen. Diperkirakan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) memberikan kontribusi terhadap penjualan semen secara nasional sekitar 800.000 hingga 1 juta ton per tahun.
Selain itu, Febri menjelaskan banyaknya barang impor yang beredar di dalam negeri menyumbang penurunan IKI dalam tiga bulan ini, khususnya untuk sektor-sektor yang IKInya mengalami kontraksi, seperti industri Tekstil dan Produk Tekstil, dan industri keramik.
Meskipun demikian, secara umum kepercayaan industri pada bulan September 2023 masih stabil. Sebanyak 44,8% pelaku usaha menyatakan kondisi usahanya bulan ini tetap atau stabil. Adapun 17 subsektor industri masih berekspansi dengan kontribusi 88,2% pada share PDB industri pengolahan nonmigas triwulan II tahun 2023.
Subsektor industri logam dasar mengalami kenaikan nilai IKI dan berubah dari kontraksi menjadi ekspansi pada bulan ini. Pemenuhan permintaan untuk pembagunan IKN diduga telah mendorong kinerja industri logam dasar.
Febri menjelaskan, pada bulan September ini, terdapat enam subsektor dengan nilai IKI mengalami kontraksi dan memiliki kontribusi 11,8% pada share PDB industri pengolahan nonmigas triwulan II tahun 2023.
Subsektor yang mengalami kontraksi pada September ini adalah Industri Tekstil; Industri Pakaian Jadi; industri Kayu, Barang Kayu dan Gabus, Industri Barang Galian Bukan Logam; Industri Furniture dan Industri Pengolahan Lainnya.
Untuk Industri Barang Galian Bukan Logam kontraksi tersebut disebabkan oleh penurunan produksi industri kaca dan keramik, sedangkan untuk industri semen dilaporkan mengalami peningkatan produksi.