Monitorday.com – Banyak orang Barat kagum dengan ketabahan mental dan iman kuat saudara-saudari kita di Palestina, terutama di Jalur Gaza.
Banyak dari mereka mencari Al-Qur’an untuk memahami apa yang membuat orang Palestina begitu kuat menghadapi genosida.
Artikel ini akan mengeksplorasi pola pikir yang dipengaruhi oleh Al-Qur’an dan Sunnah, yang mencerminkan ketabahan mental orang Palestina.
Seringkali warga Gaza mengucapkan “Hasbun Allāhu wa Ni’mal Wakīl” saat menghadapi kehilangan.
Ungkapan tersebut terdapat dalam Al-Qur’an sebagai penguat iman dan keteguhan saat menghadapi ancaman.
Alih-alih takut, Nabi Muhammad ﷺ dan para Sahabat justru meningkatkan keimanan saat diancam musuh.
Mereka mengucapkan “Cukuplah Allah bagi kami, dan Dialah sebaik-baik Pemberi urusan.”
Allah mengaruniakan nikmat dan perlindungan kepada mereka yang bersandar pada-Nya.
Nabi Ibrahim juga menunjukkan keteguhan hati dengan mengucapkan kalimat yang sama saat dihadapkan pada api.
Allah pun menyelamatkan Nabi Ibrahim dari bahaya tanpa luka sedikitpun.
Islam mengajarkan untuk berpikir positif tentang Allah selama masa-masa sulit.
Sikap ini meningkatkan ketabahan mental orang beriman dalam jangka panjang.
Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa setiap urusan orang mukmin adalah kebaikan, baik dalam suka maupun duka.
Saat diberi nikmat, mereka bersyukur kepada Allah dan mendapat pahala di dunia dan akhirat.
Saat menghadapi musibah, kesabaran mereka memperkuat mental dan mendatangkan pahala.
Kesadaran akan kedudukan syuhada memotivasi warga Palestina untuk tetap kuat dan optimis.
Optimisme tersebut menghasilkan ketahanan luar biasa yang sudah terbentuk selama 76 tahun.
Ketahanan mental warga Gaza sangat tinggi dan jarang menunjukkan trauma pasca perang.
Mereka memiliki keyakinan kuat bahwa pengorbanan mereka demi keadilan adalah layak.
Ketangguhan mental berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah membawa kekuatan mereka ke tingkat yang lebih tinggi.
Mereka menjadikan kehidupan dunia sebagai sarana mencapai kebahagiaan abadi di akhirat.