News
Direktur Penyidikan KPK: Peran Muhammadiyah Redamkan Dinamika
Published
7 months agoon
By
Natsir AmirMonitorday.com – Muhammadiyah menyeimbangkan antara dakwah ilal khair, upaya mengajak kepada keunggulan dan amar makruf nahyi munkar atau pencegahan dari kerusakan. Bahkan, Muhammadiyah menjadi pending di tengah panasnya geopilitik yang terjadi di negeri ini.
Terlebih Kontribusi yang luar biasa dari Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir denan bukunya “Jalan Baru Moderasi Beragama: Mensyukuri 66 Tahun Haedar Nashir”
Hal ini disampaikan oleh Direktur Penyidikan KPK, Brigjen Pol Asep Guntur Rahayu di Pengajian Ba’da di Aula Masjid Raya Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC), Minggu (5/5/2024).
” Saya apresiasi kepada Prof Haedar yang selalu jadi penyejuk, melahirkan gagasan yang mampu meredam dinamika bangsa, pemilu 2024 dan lain sebagainya,” ujar Brigjen Pol Asep (sapaan akrabnya).
Brigjen Pol Asep mengatakan Indonesia saat ini sejatinya bersykur karena masih ada tokoh-tokoh besar, salah satunya seperti Prof Haedar yang senantiasa hadir sebagai problem solver sehingga persatuan dan kesatuan masih bisa dirasakan.
Bandingkan dengan kondisi Timur Tengah, Arab spring yang melahirkan konflik berkepanjangan yang terjadi di Timur Tengah, seperti pendudukan, penjajahan, perang saudara, dan demontrasi besar-besaran yang menyebabkan korban berjatuhan adalah sebuah kesedihan bagi kemanusiaan.
Sumber konflik yang dimaksud adalah permasalahan perbatasan antar negara-negara di kawasan Timur Tengah, permasalahan air, permasalahan sumber daya alam yang berupa minyak dan gas serta perbedaan aliran (madzhab).
Di tengah dinamika global dan berbagai pergolakan internal, keberadaan Pancasila dan Moderasi Beragama menjadi dua pilar penting yang mendukung fondasi bangsa ini. Pancasila, sebagai ideologi negara, dan Moderasi Beragama, sebagai prinsip untuk memelihara kerukunan antaragama, berperan penting dalam membangun Indonesia yang maju.
Brigjen Pol Asep justru memandang pemikiran Prof Haedar soal moderasi beragama yang sejalan dengan Pancasila, bisa jadi antitesa dari kedua sosiolog kenamaan yakni Sosilog kenamaan,Francis Fukuyama dalam bukunya The End of History and The Last Man dan Samuel Huntington yang menulis buku The Class of Civilization.
Diketahui bahwa Fukuyama dalam bukunya The End of History and The Last Man, begitu mengagung-agungkan kemenangan demokrasi denga kelebihan teknologi dan lain sebagainya yang dimilki barat pasca hancurnya Uni Soviet di Eropa Timur. Namun kemudian, dibantah oleh mentornya, Samuel Huntington yang menulis buku The Class of Civilization, menyatakan bahwa budaya dan agama masyarakat akan menjadi sumber utama konflik di dunia pasca- Perang Dingin. Artinya, perang di masa depan tidak akan terjadi antar negara, tetapi antar budaya.
Terlepas dari itu semua, sebagai seorang muslim, Brigjen Pol Asep mengajak seluruh elemen bangsa, khususnya yang muslim berdoa kepada Allah SWT untuk kebaikan bangsa ini agar terhindari dari perpecahan yang sangat merugikan.
Semangat persatuan dan kesatuan melalui Amal Usaha Muhammadiyah seyogyanya terus digaungkan.
Brigjen Pol Asep Kembali menekankan bahwa peran besar Muhammadiyah untuk terus menjaga kesatuan bangsa dengan berbagai macam kekuatan, kemampuan, keilmuan di Muhammadiyah selalu dibutuhkan oleh bangsa.