Monitorday.com – Kelompok milisi Hizbullah asal Lebanon secara resmi menunjuk Naim Qassem sebagai pemimpin baru mereka setelah kematian Hassan Nasrallah pada 27 September lalu.
“Dewan Syura Hizbullah sepakat untuk memilih Naim Qassem sebagai Sekretaris Jenderal Hizbullah,” demikian pernyataan resmi dari kelompok tersebut.
Penunjukan Qassem sebagai Sekjen baru berlangsung di tengah spekulasi bahwa Hashem Safieddine, yang sebelumnya disebut-sebut sebagai penerus Nasrallah, juga tewas dalam serangan Israel di Beirut sehari setelah kematian Nasrallah.
Naim Qassem, yang menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal sejak 1991, adalah salah satu tokoh senior Hizbullah. Pada awalnya, ia diangkat sebagai wakil oleh Abbas al-Musawi, Sekjen Hizbullah saat itu, yang kemudian tewas akibat serangan Israel pada 1992.
Selama lebih dari 30 tahun, Qassem menjadi salah satu juru bicara utama Hizbullah. Ia sering tampil dalam wawancara dengan media asing, termasuk selama konflik perbatasan Hizbullah-Israel yang terus membara dalam setahun terakhir.
Qassem juga merupakan orang pertama yang menyampaikan pidato resmi setelah kematian Nasrallah.
Qassem diketahui lahir di Beirut pada tahun 1953 dan telah menjadi aktivis politik sejak bergabung dengan Gerakan Amal Syiah Lebanon pada 1974.
Setelah Revolusi Islam Iran pada 1979, Qassem meninggalkan gerakan tersebut dan aktif dalam pembentukan Hizbullah pada 1982, yang didukung oleh Korps Garda Revolusi Islam Iran sebagai respons atas invasi Israel ke Lebanon.
Di samping perannya dalam kepemimpinan Hizbullah, Qassem juga dikenal sebagai penulis sejarah organisasi tersebut, yang diterbitkan pada 2005. Buku tersebut dianggap memberikan pandangan orang dalam yang langka tentang kelompok milisi tersebut.
Berbeda dengan Nasrallah dan Safieddine yang mengenakan sorban hitam, simbol status sebagai keturunan Nabi Muhammad, Qassem kerap mengenakan sorban putih.
Saat ini, ia dilaporkan berada di Teheran setelah meninggalkan Lebanon pada 5 Oktober menggunakan pesawat yang sama dengan Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi.
Menurut sumber anonim di Iran, Qassem diminta meninggalkan Lebanon demi alasan keamanan, karena dikhawatirkan menjadi target pembunuhan Israel.